Cak Imin Tak Peduli Konflik PBNU: Sampai Mati Nderek Kyai

Cak Imin saat menghadiri haul KH Bisri Syansuri di Jombang, akhir pekan kemarin.

JOMBANG – Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Abdul Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, menegaskan tidak ikut campur dalam konflik di tubuh PBNU antara kubu KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya dan Rais Aam KH Miftachul Akhyar. Dia menegaskan, akan tetap istiqomah mengikuti jejak para kyai.

“Gak peduli ono geger-geger. Saestu. Sampai mati Insya Allah kita semua nderek para kyai NU. Insya Allah terus dados santri Mbah Hasyim, Mbah Bisri, sampai husnul khatimah. Seng penting kito sedoyo yakin lan istiqomah, tidak pernah goyah atas kondisi apapun,” tegasnya dalam acara Haul KH. M. Bisri Syansuri ke-47 di Denanyar, Jombang, akhir pekan kemarin. Haul pendiri nahdlatul ulama (NU) ini sekaligus memperingati Hari Lahir (Harlah) ke-111 PP Mambaul Ma’arif.

Hadir di antara ribuan tamu undangan, sejumlah tokoh nasional di antaranya KH. Said Aqil Siroj dan Habib Mustofa bin Muhammad Alaydrus. Dalam kesempatan ini, sekali lagi Cak Imin menegaskan, apapun kondisi yang dihadapi organisasi, komitmen untuk tetap setia kepada para kyai dan ulama NU tidak boleh goyah.

Lebih lanjut, Cak Imin yang hadir dan memberikan sambutan mewakili Pengasuh Pesantren Denanyar, KH. Abdussalam Shohib, beserta keluarga besar pesantren, mengucapkan terima kasih kepada seluruh tamu undangan dan para alumni yang telah meluangkan waktu untuk hadir dan bersama-sama mendoakan para masyayikh.

“Haul ini bukan sekadar tradisi tahunan, tetapi momentum meneguhkan kembali nilai-nilai keilmuan, keikhlasan, dan perjuangan para pendiri pesantren, khususnya Mbah KH. Bisri Syamsuri,” ujarnya.

Ia menambahkan, KH. Bisri Syansuri merupakan sosok ulama besar yang mewariskan keteladanan dalam keilmuan, akhlak, dan pengabdian kepada umat.

“Mbah Bisri mengajarkan kepada kita semua arti istiqomah dalam menuntut ilmu, kesetiaan pada perjuangan ulama, serta keberanian menjaga nilai Ahlussunnah wal Jamaah dengan penuh kebijaksanaan. Warisan inilah yang harus terus kita rawat dan amalkan dalam kehidupan berbangsa dan beragama,” katanya.

Dia juga berharap seluruh hadirin mendoakan keluarga besar Pesantren Denanyar dapat melanjutkan jejak perjuangan Mbah Bisri, serta istiqomah sebagai santri para kiai dan ulama Nahdlatul Ulama, dan mendapatkan keberkahan dalam setiap langkah kehidupan.

“Nyuwun dungo poro rawuh khusus kangge Gus Salam (pengasuh Ponpes Mambaul Maarif Denanyar). Di pundak Gus Salam sakniki terletak nasib Nahdlatul Ulama masa depan. Saestu niki saestu. Abot, kawanane Gus Salam niku abot, diuji, opo bener putune mbah Bisri opo dudu,” tuturnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *