SURABAYA – Hasil penelitian terbaru para ilmuwan di Denmark mengungkap hubungan antara kualitas sperma dengan harapan hidup seseorang. Singkat kata, pria dengan kualitas sperma yang lebih baik dapat hidup hingga tiga tahun lebih lama ketimbang mereka yang memiliki sperma jelek.
“Semakin rendah kualitas air mani, semakin rendah harapan hidup,” ujar Dr. Lærke Priskorn, peneliti senior di Departemen Pertumbuhan dan Reproduksi Rumah Sakit Universitas Kopenhagen dilansir dari Daily Mail, Kamis (6/3/2024).
Dr. Lærke Priskorn tidak bekerja sendirian dalam riset ini. Dia berkolaborasi dengan pakar andrologi Dr. Niels Jørgensen.
Kesimpulan di atas, yang diterbitkan dalam jurnal Human Reproduction, didapat setelah Dr. Lærke Priskorn dan rekan-rekan menganalisis data kualitas air mani dari 78.284 pria yang diikuti selama hingga 50 tahun. Penilaian kualitas air mani meliputi volume air mani, konsentrasi sperma, dan proporsi sperma yang motil dan berbentuk normal.
Mereka menemukan bahwa pria dengan lebih dari 120 juta sperma motil – sperma yang dapat bergerak atau ‘berenang’ – dapat diperkirakan hidup dua hingga tiga tahun lebih lama daripada mereka yang memiliki kurang dari 5 juta sperma motil.
“Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa infertilitas pria dan kualitas air mani yang lebih rendah dapat dikaitkan dengan mortalitas,” kata Dr. Priskorn.
Dia menjelaskan, riset ini sengaja dilakukan untuk menguji hipotesis dan pada saat yang sama mendapatkan perkiraan absolut tentang seberapa besar kualitas air mani memprediksi umur seorang pria serta untuk memahami apakah penyakit yang didiagnosis sebelum penilaian kualitas air mani dapat menjelaskan beberapa asosiasi yang dilaporkan.
“Kami menghitung harapan hidup pria berdasarkan kualitas air mani dan menemukan pria dengan jumlah motil total lebih dari 120 juta hidup 2,7 tahun lebih lama daripada pria dengan jumlah motil total antara 0 dan 5 juta. Semakin rendah kualitas air mani, semakin rendah harapan hidup,” terangnya.
Dapat juga disimpulkan bahwa kualitas air mani yang buruk dapat mengindikasikan adanya faktor-faktor mendasar lain yang memengaruhi kesuburan dan kesehatan secara keseluruhan.
Akibatnya, ada potensi untuk mendeteksi masalah kesehatan pada saat yang sama pria menjalani pemeriksaan kualitas air mani.
“Penelitian ini menunjukkan kita dapat mengidentifikasi subkelompok pria dengan kualitas air mani yang terganggu yang tampaknya sehat ketika kualitas air mani mereka dinilai, tetapi yang berisiko lebih tinggi terkena penyakit tertentu di kemudian hari. Oleh karena itu, evaluasi kesuburan, yang biasanya dilakukan ketika pria relatif muda, akan berfungsi sebagai kesempatan untuk mendeteksi dan mengurangi risiko masalah kesehatan lain dalam jangka panjang,” kata Dr. Jørgensen.
Penelitian di masa depan dapat mencakup analisis apakah kualitas air mani yang buruk terkait dengan kematian dini akibat penyebab tertentu seperti kanker atau penyakit jantung.