JOMBANG; Pemerintah Kabupaten Jombang resmi meluncurkan dan memperkenalkan baju khas daerah, pada peringatan Hari Jadi Pemkab Jombang ke-112 di Alun-alun Kabupaten setempat. Pada Jumat (21/10) pagi.
Pantauan dilokasi, baju khas daerah dengan nama “Jombang Deles” diperagakan oleh Guk dan Yuk Jombang 2021 didepan seluruh peserta upacara Peringatan Hari Jadi Kabupaten Jombang ke 112, Hari Jadi Provinsi Jawa Timur ke 77 serta Hari Santri Nasional.
Busana khas Jombang dengan warna kombinasi putih, hijau, abang (merah), serta ada batik yang menghiasai. Untuk perempuan dipadu dengan kerudung, sedangkan yang pria memakai penutup kepala blangkon.
“Bersamaan dengan peringatan Hari Jadi Pemkab Jombang, kami melaunching busana khas Jombang. Namanya Jombang Deles. Busana ini sarat nilai sejarah,”Ujarnya.
Ia menambahkan, Dalam waktu dekat pihaknua akam menyiapkan Perbub agar baju khas itu dipakai setiap Kamis oleh Aparatur Sipil Negara (ASN).
“Dengan Perbup nanti kami jadikan perda jika memang sudah siap. Agar nantinya setiap Kamis busana khas Jombang ini bisa dikenakan di lingkungan pendidikan maupun pemkab,”Imbuhnya.
Untuk Diketahui, busana khas Jombang ini terdiri diri udheng blangkon sundul mego. Yakni perpaduan dari udheng ludruk dan blangkon cekdongan. Hal itu berarti insan Jombang sangat egaliter, sangat menghormati perbedaan, sangat toleran. Sundhul Mego diambil dari nama Patih dalam Cerita Wayang Topeng Jatiduwur dalam lakon Wiruncono Murco.
Kemudian baju model ‘Jas Gulon Dwigatra’. Jas ini merupakan busana atasan pria. Dipilih desain jas karena mengikuti pola busana adat Jawa yang cenderung menggunakan jas untuk busana atasannya.
Bagian Jas Gulon Dwigatra ini menjadi titik pembeda dengan busana adat dengan daerah lain di Jawa Timur. Jas gulon bermakna memakai kerah tegak, untuk membedakan dengan model potong gulon atau pun desain teluk belanga.
Jas gulon ini juga dipakai oleh Bupati Jombang pertama RAA Soeroadoningrat. Jas Gulon Dwigatra sebagai pembeda dengan bentuk Jas Mataraman dan Jas Jawa Timuran atau sering disebut jas Basofi.
Sedangkan dwigatra adalah bertemunya dua gatra budaya menurut pemetaan sejarawan dan budayawan almarhum Prof. Ayu Sutarto, yaitu gatra budaya Mataraman (Pracima) dan gatra budaya Arek (purwa).
Pada busana wanita dalam pakaian adat Jombang Deles dinamai dengan Kemodoningrat. Nama Dewi Kemodoningrat adalah nama lain Dewi Sekartaji atau Galuh Candrakirana, istri Panji Asmarabangun. Dewi Kemodoningrat juga dipercaya sebagai pembabat Dusun Kemodo, desa Dukuhmojo, Mojoagung.
Sementara bagian bawah busana wanita Jombang Deles ini dari kain jarik yang memiliki sampiran kain penutup di bagian depan seperti jarik pada umumnya. Bagian depan dibuat bukaan samping kiri untuk menghadap posisi pasangan busana putra yang menghadap sebaliknya atau mengarah ke kanan.