SUMENEP: Pemerintah Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, rupanya telah berhasil menekan angka inflasi yang sempat melonjak. Keberhasilan Pemkab Sumenep dalam menekan angka inflasi, ternyata paling dalam se-Indonesia.
Penurunan angka inflasi, atau disebut sebagai deflasi itu karena usaha dan kerja keras pemerintah setempat guna menekan kenaikan harga bahan pokok di daerah setempat.
Bupati Sumenep Achmad Fauzi dalam keterangannya menyampaikan jika pemerintah tidak tinggal diam saat harga bahan pokok di Sumenep dinilai naik.
Sejak saat itu, pemerintah terus menerus melakukan pemantauan harga di sejumlah pasar-pasar tradisional seperti Pasar Anom dan Pasar Bangkal.
“Dalam seminggu itu dua kali, tim mengecek harga ke pasar. Untuk menanyakan kenapa ada barang yang mahal. Lalu setelah itu kita bicarakan guna mencari solusinya,” kata Bupati Fauzi.
Dalam catatan terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang Juni 2023 ada 12 kota di Indonesia yang mengalami deflasi. Kabupaten Sumenep mengalami deflasi paling dalam, sebesar 0,42 persen.
Politikus PDI Perjuangan ini menyebut, Pemerintah Kabupaten Sumenep juga rutin melakukan operasi pasar. Ini dilakukan untuk menekan harga ketika ada komoditas yang harganya cenderung tinggi. “Tim juga kerap melakukan operasi pasar untuk menekan harga barang yang tinggi,” jelasnya.
Selain membuat deflasi terdalam se-Indonesia, strategi tersebut juga dinilai berhasil menurunkan inflasi. Kepala BPS Kabupaten Sumenep Ribut Hadi Candra menuturkan inflasi di Sumenep pada Juni 2023 mengalami penurunan.
“Jika pada Mei lalu angka inflasinya mencapai 5,44 persen, memasuki Juni angkanya berhasil turun, menjadi 4,53 persen,” terang Candra.
Menurut Candra, capaian Sumenep yang mencatatkan 0,42 persen deflasi merupakan yang terdalam se-Indonesia, di bawah inflasi nasional (0,14 persen) dan Jawa Timur (0,10 persen). Deflasi tersebut didorong oleh penurunan harga komoditas makanan seperti tongkol yang diawetkan, ayam hidup, bayam, bawang merah, beras, udang basah, dan sawi hijau.