JAKARTA – Pasar keuangan terguncang. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun 3,84% ke level 6.223,39, mencerminkan kekhawatiran pasar yang semakin dalam terhadap kondisi ekonomi Indonesia.
Pada sesi pertama, indeks sempat anjlok 7,1%, memaksa Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan untuk meredam volatilitas.
Di sisi lain, deflasi tahunan 2024 sebesar 0,09% menambah tekanan. Alih-alih membawa manfaat, penurunan harga justru menandakan melemahnya daya beli masyarakat. Sektor riil melambat, konsumsi rumah tangga tertekan, sementara PHK massal dan tertundanya pengangkatan 1,2 juta CPNS dan PPPK semakin memperburuk situasi.
“Pasar saham dan ekonomi nyata sedang menghadapi tekanan serius. Investor kehilangan kepercayaan, masyarakat menahan belanja. Jika ini berlanjut, dampaknya akan semakin luas,” ujar Wakil Ketua Komisi XI DPR RI M Hanif Dhakiri.
Kondisi ini menurutnya adalah sinyal peringatan. Pasar saham jatuh karena ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang lemah, sementara deflasi mencerminkan kurangnya permintaan di sektor riil. Investor butuh kepastian kebijakan, sementara masyarakat butuh kepastian ekonomi.
“Stimulus ekonomi harus segera dipercepat. Bantuan sosial, insentif pajak, serta pencairan THR harus berjalan tepat waktu untuk menopang daya beli,” tegasnya.
Hanif yang juga Wakil Ketua Umum DPP PKB menegaskan, pemerintah harus bergerak cepat dan presisi. Kepercayaan pasar harus dipulihkan, investasi harus didorong, dan kebijakan moneter serta fiskal harus selaras agar ekonomi tidak semakin terpuruk.
“Ekonomi butuh kepastian, bukan sekadar wacana. Jika tidak ditangani dengan tepat, kita bisa menghadapi perlambatan yang lebih dalam,” pungkasnya.