JAKARTA – World Medical Association (WMA) atau Asosiasi Medis Dunia beserta Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengecam pengeboman Rumah Sakit al-Ahli di Gaza pada Selasa (17/10/2023).
Dalam insiden ini, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan 500 orang tewas dan ratusan korban lain diyakini masih berada di bawah reruntuhan.
“Sebagai dokter, kami mempunyai kewajiban etik untuk menempatkan keselamatan pasien dan komunitas masyarakat sipil di atas segalanya,” kata Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, DR Dr Moh. Adib Khumaidi, SpOT, melalui siaran pers kepada Kabarjatim.com, Rabu (1/11/2023).
Hamas menuding Israel bertanggung jawab atas serangan tersebut. Namun, Israel membantahnya dan menyatakan bahwa roket salah tembak yang diluncurkan Hamas sebagai penyebabnya.
PB IDI menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya atas hilangnya nyawa di kedua pihak yang berkonflik, namun khususnya bagi para profesional medis yang kehilangan nyawa saat memberikan layanan penyelamatan nyawa kepada masyarakat.
Sebagai organisasi profesi medis, PB IDI berkomitmen untuk menyebarkan informasi tentang pentingnya perawatan medis yang etis, serta tujuan perdamaian dunia dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan universal.
Dalam kaitan ini World Medical Association (WMA) beserta PB IDI mendesak kepada semua pihak yang berkonflik untuk mematuhi norma-norma Hukum Humaniter Internasional (IHL) untuk tidak menyerang fasilitas medis dan kendaraan tenaga kesehatan, serta melindungi tenaga kesehatan.
Petugas kesehatan juga harus diberikan sumber daya yang mereka perlukan untuk merawat semua pasien dengan penuh kasih sayang dan sesuai dengan nilai etika profesi dan netralitas medis.
“Koridor kemanusiaan harus digunakan untuk memastikan pengiriman pasokan medis penting dan bantuan kemanusiaan lainnya ke Jalur Gaza dengan aman,” katanya.
WMA dan PB IDI juga mendesak kepada kedua belah pihak untuk menyelamatkan warga sipil, rumah sakit, dan layanan penting lainnya. Kemudian memastikan bahwa tenaga medis dan tenaga kesehatan tidak menjadi sasaran dan diberikan akses yang aman untuk merawat korban yang terluka.