JAKARTA – Jatuhnya 13 korban jiwa saat peledakan amunisi kedaluarsa di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat pada Senin (12/5) pagi, harus disikapi serius. TNI wajib melakukan investigasi menyeluruh untuk mengusut tuntas kasus ini dan tanpa tendensi menutup-nutupi sesuatu.
“Apakah sudah dilakukan sesuai dengan standard operating procedure (SOP) yang telah ditetapkan atau ada kelalaian yang dilakukan oknum TNI dalam pemusnahan,?” ujar anggota Komisi I DPR RI Oleh Soleh di Jakarta, Rabu (14/5/2025).
Dalam insiden ini empat prajurit TNI gugur. Yaitu, Kolonel Cpl Antonius Hermawan, Mayor Cpl Anda Rohanda, Kopda Eri Dwi Priambodo, dan Pratu Afrio Setiawan. Sementara 9 warga sipil yang meninggal adalah Agus bin Kasmin; Ipan bin Obur; Iyus Ibing bin Inon; Anwar bin Inon; Iyus Rizal bin Saepuloh; Toto; Dadang; Rustiawan; dan Endang.
Oleh Soleh meminta ada pihak yang bertanggung jawab dalam kejadian tersebut, karena telah menimbukan korban jiwa yang tidak sedikit. Harga nyawa jangan dianggap murah dan enteng. “Tentu ini harus dilakukan investigasi secara menyeluruh agar terang benerang dan apa yang menjadi penyebab terjadinya korban jiwa. Dan siapa yang bertanggung jawab terhadap peristiwa itu,” kata Kang Oleh, sapaan akrabnya.
Dia mengatakan, dalam waktu dekat, Komisi I DPR RI akan memanggil Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto dan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Maruli Simanjuntak untuk meminta penjelasan utuh dan menyeluruh terhadap tragedi yang memilukan itu. Pihaknya akan memberikan waktu kepada TNI untuk melakukan investigasi.
Kang Oleh mengingatkan, kejadian serupa pernah terjadi di Cilandak, Jakarta Selatan pada tahun 1980an, sehingga seharusnya TNI belajar dari kasus sebelumnya. Peledakan harus dilakukan secara ketat dan tidak dilakukan di dekat permukiman warga atau steril dari masyarakat umum.
Kendati demikian, dia tidak bisa menduga-duga apa yang menjadi penyebab jatuhnya korban jiwa. Namun, menjadi sebuah anomali, jika tiba-tiba ada warga yang masuk dalam lokasi peledakan. Bukankah amunisi itu beracun dan berbahaya?. “Ini yang kami tidak bisa menduga-duga. Maka harus dilakukan investigasi untuk mengetahui penyebab meninggalnya warga sipil dan anggota TNI,” tegasnya.
Terakhir, Kang Oleh menyampaikan duka yang mendalam atas meninggalnya 13 orang, baik dari masyarakat sipil maupun TNI dalam insiden peledakan amunisi kedaluarsa ini. “Semoga korban yang meninggal dunia dalam keadaan husnul khotimah dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dalam menghadapi musibah tersebut,” tuturnya.
Sementara itu, dalam kesempatan berbeda, Kapuspen TNI Mayjen TNI Kristomei Sianturi menyampaikan TNI sangat berduka dan menyatakan bela sungkawa yang mendalam atas gugurnya prajurit TNI serta warga sipil.
“Kami turut berduka cita atas meninggalnya prajurit terbaik TNI, serta warga sipil yang ikut menjadi korban, TNI memastikan seluruh hak Prajurit TNI yang menjadi korban akan diberikan sesuai ketentuan yang berlaku, seperti santunan kematian khusus, pensiun, dan beasiswa bagi anak korban. Panglima TNI juga memberikan tali asih kepada keluarga prajurit TNI, dan warga sipil yang pemberiannya diwakili oleh Pangdam III/Siliwangi,” kata Kristomei.
Kapuspen TNI menyampaikan bahwa TNI saat ini telah mengamankan lokasi kejadian dan melakukan sterilisasi untuk menjamin keselamatan masyarakat. Proses investigasi tengah dilakukan oleh tim dari Puspalad bersama pihak terkait guna memastikan penyebab pasti insiden.