Kabarjatim-Salah satu sahabat rosululloh yang memiliki prilaku unik adalah Nu’aiman. Kisah Nu’aiman banyak disebut oleh para periwayat hadist. Karena Nu’aiman adalah sahabat yang memiliki prilaku urakkan dan disifati senang Alloh SWT dan Rosululloh. Suatu ketika, Nu’aiman mabuk karena minum khomr hingga Rosululloh menghukumnya dengan dijilid beberapa kali.
Nu’aiman memiliki prilaku, jika tidak bertemu dengan Nabi maka akan pusing. Tapi jika tidak minum Khomr juga pusing. Akhirnya, ia melakukan keduanya. Banyak sahabat yang murka melihat prilaku Nu’aiman yang seolah-olah mempermaikan Nu’aiman. “Celakalah engkau wahai Nu’aiman. Laknatulloh wahai Nu’aiman,” cerca Sahabat.
Namun Kanjeng Rosul malah membela Nu’aiman dengan bersabda “Janganlah engkau melaknati Nu’aiman. Karena meski demikian, ia cinta Alloh dan Rosulnya. Insya Alloh, Alloh dan Rosulnya juga mencintainya,” kata Kanjeng Rosul.
Sejak saat itu, para Sahabat tidak memandang minor lagi kepada Nu’aiman. Bahkan, tak jarang-jarang sifat jahilnya kerap digunakan menjahili sahabat yang lainya.
Pernah pada suatu ketika Abu Bakar Ash Siqid meminta ijin kepada Kanjeng Rosul untuk mengajak Nu’aiman berdagang ke Negri Syam bersama kafilah. Kanjeng Rosul pun mengijinkan Nu’aiman berangkat bersama Kafilah Abu Bakar ke Negri Syam.
Sesampainya di Negri Syam, masing-masing orang mendapatkan tugas masing-masing. Hanya, Nu’aiman dan Su’aibin yang belum mendapatkan tugas. “Su’ibin kamu bertugas menjaga makanan,” kata Abu Bakar kepada Su’aibin. Sebagaimana diketahui, kepribadian Su’aibin ini sangat taat. Jika disuruh maju maka ia maju dan jika disuruh mundur maka ia mundur. Berbeda dengan Nu’aiman, jika disuruh maju bisa saja dia mundur atau belok.
“Tugas saya apa ya Abu Bakar,” tanya Nu’aiman. “Kalau Kamu terserah, mau ngapain saja terserah yang penting tetap ikut dalam kafilah ini,” kata Abu Bakar.
Hingga suatu saat siang, Nu’aiman lapar. Ia kemudian mendatangi Su’aibin untuk meminta jatah makan.
“Tidak bisa Nu’aiman. Kalau Makan kita harus menunggu Abu Bakar,” kata Sua’aibin dengan nada mempertahankan argumennya.
“Wahai Suaibin berilah aku sepotong roti saja,” pinta Nu’aiman
“Tidak Bisa, Nu’aiman, Ini adalah perntah Abu Bakar, Saya tidak berani. Saya takut, Ini adalah perintah sahabat Nabi,” Su’aibin bersikeras.
“Baiklah, Kalau Kamu tidak memberi saya Roti berarti ngajak berantem denganku,” ancam Nu’aiman.
“Saya hanya menjalankan amanah ya Nu’aiman,” ujar Su’aibin.
Setelah cekcok itu, Nu’aiman pergi ke pasar. Sesampainya, ia menanyakan kepada para pedagang hamba sahaya terkait harga. Rata-rata di pasar itu, harga budak sekitar 200 hingga 500 dirham.
“Saya punya budak saya akan jual 20 dirham,” kata Nu’aiman kepada pedagang budak di pasar tersebut
“Wah.. murah sekali. Lantas kenapa Budak itu kamu jual murah,” kata Pedagang
“Budak saya ini Punya aib. Yakni, ketika nanti kamu Tangkap ia akan berteriak saya bukan budak, saya manusia merdeka,” jelas Nu’aiman.
“Ah.. saya tidak peduli, yang penting budak bisa bekerja,” kata pedagang
Tak lama berselang, mereka pun pergi ke tempat Su’aibin yang sedang menjaga makanan atas perintah Abu Bakar.
“Itu budak saya,” bisik Nu’aiman sembari menujuk Su’aibin
“Baiklah, ayo kita tangkap,” kata pedagang sembari memberikn 20 dirham kepada Nu’aiman.
Spontan, Su’aibin pun kaget karena tiba-tiba ditangkap oleh pedagang budak.
“Saya bukan budak, Saya Manusia merdeka,” teriak Su’aibin.
“Saya tidak peduli, saya sudah tahu aib kamu,” sahut pedagang budak sembari membawa Su’aibin.
Dari kejauhan, Nu’aiman tertawa melihat Su’aibin ditangkap. Ia terlihat gembira karena Selain bisa langsung makan, dia pun mendapatkan uang sebanyak 20 dirham. Dari uang itu, ia pun berbelanja di pasar untuk dibawa pulang. Tak lupa, ia juga membelikan kanjeng Rosul oleh-oleh.
Hingga akhirnya, Kafilah ini akan kembali pulang. Abu Bakar tiba teringat Su’aibin.
“Dimana Su’aibin? Daritadi kok tidak terlihat,” kata Abu Bakar kepada Nu’aiman. Abu Bakar tahu bahwa Nu’aiman dan Su’aibin adalah dua orang terakhir yang ditinggalkannya.
“Sudah saya jual ke pedagang hamba saya di pasar, ya Abu Bakar,” kata Nu’aiman dengan entengya.
“Kenapa sampai terjadi seperti itu,” tanya abu Bakar.
Dengan jujur Nu’aiman menceritakan peristiwa cekcoknya dengan Su’aibin perkara makanan. Hingga akhirnya, Abu Bakar minta diantar ke pasar untuk menjemput atau dengan kata lain membeli lagi Su’aibin yang dijual oleh Nu’aiman.
Saat bertemu Rosululloh, Abu Bakar menceritakan peristiwa tersebut. Para Perowi Hadist menggambarkan Rosulullloh tertawa sejadinya hingga para sahabat melihat Giginya. Bahkan, ada riwayat menyebutkan setahun setelah peristiwa itu, setiap ada orang datang dari luar kota bertemu beliau, selalu diceritakan peristiwa Nu’aiman menjual Su’aibin ini. Kisah ini diceritakan oleh Habil Ali Zainal Abidin Al Kaf yang mengutip sejumlah kitab salah satunya adalah Musnad Imam Ibnu Hambal.