Vasektomi Bikin Pria Tambah Perkasa, Benarkah?  

JAKARTA – Vasektomi sebagai kontrasepsi pilihan kaum pria hingga kini masih belum banyak peminatnya. Situasi ini tak lepas dari masih banyaknya mitos yang menyelimuti seperti membuat libido berkurang, memicu kanker prostat, tak bisa dikembalikan lagi atau rekanalisasi, sama dengan dikebiri, hingga rasa sakit saat tindakan melebihi proses disunat.

Tak heran data hasil Pemutakhiran Pendataan Keluarga tahun 2024 yang diselenggarakan Kementerian kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN menunjukkan kesertaan pria dalam ber-KB sangat rendah, hanya sekitar 2,45% pengguna kondom dan 0,16% ber-KB vasektomi. Hal ini tentu menghadirkan tantangan tersendiri bagi keberhasilan program Keluarga Berencana (KB).

Menjawab beragam kekhawatiran serta mitos seputar vasektomi, dr. Dimas S. Wibisono SpU, Subs. And. (K), FICS, dari Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI), menjelaskan banyak informasi yang salah beredar di masyarakat. Dia mencontohkan tentang mitos bahwa vasektomi akan membuat hasrat pria turun.

“Justru sebaliknya. Vasektomi tidak ada hubungannya dengan libido. Karena faktor psikologis, merasa istri tidak mungkin hamil, malah akan meningkatkan tingkat kepercayaan diri akseptor. Sehingga dia jadi lebih pede, durasinya lebih lama. Malah lebih prima, lebih hot,” papar dr. Dimas, melalui siaran pers yang diterima Kabarjatim.com.

Ia juga menepis anggapan vasektomi memicu munculnya kanker prostat. “Ini termasuk mitos juga. Insya Allah aman, tidak usah khawatir karena sperma yang diproduksi akan diserap kembali oleh tubuh. Dan sebetulnya cairan yang mengandung sperma hanya sekitar setengah cc. Sangat sedikit. Bahkan akseptor vasektomi tidak bisa membedakan “rasa ejakulasi” saat sebelum atau setelah mereka vasektomi,” kata dr. Dimas.

Diketahui, diperlukan 15-20 kali hubungan atau rentang waktu tiga bulan, sebelum akseptor benar-benar bisa Kembali melakukan hubungan seksual seperti biasa, Ini karena dimungkinkan masih terdapat sperma di saluran vas deferens. Untuk itu, mereka diharuskan menggunakan kondom saat berhubungan.

Usai operasi, akseptor diharuskan istirahat selama 3-5 hari. Selama satu bulan mereka dilarang melakukan aktifitas berat. Termasuk olahraga dan angkat berat. Hubungan seksual boleh dilakukan sekali seminggu. “Jangan karena lukanya kecil (hasil operasi), bahkan dijahit pun tidak, hanya diplester pakai tensoplas, pasien biasanya ‘overconfident’,” ujar dr. Dimas mengingatkan. Tindakan operasi Vasektomi yang dikerjakan hanya membutukan waktu 15-30 menit saja.

Bagi pengidap HIV atau penderita AIDS, jangan khawatir. Mereka juga bisa ber-KB dengan vasektomi. Dr. Dimas memberikan jaminan. Ini karena tenaga medis sudah disiapkan untuk memberikan pelayanan tersebut, dengan mengkategorikan sebagai tindakan operasi infeksius. Demikian pula untuk pasien dengan penyakit diabetes ataupun hipertensi hingga pun jantung dan lainnya. Mereka tetap bisa vasektomi di bawah pengawasan langsung dokter.

Adapun terkait pertanyaan yang kerap mendengung di tengah masyarakat bahwa vasektomi sama dengan kebiri, dokter Dimas menegaskan hal itu tidak benar. “Kebiri itu testisnya diangkat. Dengan kata lain, bukan hanya tidak bisa punya anak, laki-laki itu tidak bisa ereksi lagi. Sedangkan vasektomi hanya memotong atau mengikat salurannya saja. Hormon tidak terganggu,” urainya.

Vasektomi Tanpa Pisau

Berkat kemajuan teknologi di bidang kedokteran, kini telah dikembangkan satu metode Vasektomi Tanpa Pisau (VTP). Vasektomi sendiri merupakan tindakan pengikatan dan pemotongan pada saluran vas deferens. Dengan pengertian lain mengikat atau memotong saluran yang akan mengalirkan sperma keluar melalui penis. Awal vasektomi dikenalkan kepada masyarakat, dokter melakukan sayatan atau operasi kecil dengan menggunakan pisau. Namun kini tidak lagi. Angka kesakitannya pun semakin mengecil. Bahkan ada akseptor vasektomi mengatakan “lebih terasa sakit disunat.”

Memang saat ini tindakan vasektomi belum menjadi standart kompetensi dokter umum di Indonesia. Lantaran itu, Kemendukbangga/BKKBN menggelar kegiatan “Pelatihan Vasektomi Tanpa Pisau (VTP) bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) Tahun 2025”. Pelatihan digelar di Semarang, Jawa Tengah, medio Oktober 2025.

“Ini sangat penting untuk meningkatkan kompetensi dokter umum di Indonesia. Yang menjadi standar baru teorinya. Untuk pelaksanaanya belum, sehingga sangat diperlukan pelatihan. Saya harap masyarakat bisa mempercayai bahwa dokter-dokter yang sudah melewati pelatihan ini Insya Allah akan bisa melakukan pelayanan secara profesional,” ujar dr. Dimas yang bertindak sebagai salah satu tutor dalam pelatihan tersebut.

Kegagalan Vasektomi Sangat Rendah

Dokter Dimas menjelaskan, selain dukungan tenaga profesional dan peralatan canggih, secara statistik efektivitas vasektomi tinggi. Sementara teknik KB lain, selain vasektomi, seperti penggunaan kondom, memiliki angka kegagalan yang sangat tinggi, namun ada peminatnya. “Orang berpikiran bahwa kondom itu 100% aman. Padahal angka keberhasilan Vasektomi sangat tinggi, hingga 100%. Sedangkan KB pria yang lain, memiliki angka kegagalan lebih tinggi. Contohnya kondom, memiliki angka kegagalan 2-3%, atau sering masyarakat bilang kondom bocor,” jelasnya.

Mengakhiri penjelasannya, dr. Dimas berharap biaya pelayanan vasektomi ditanggung pemerintah melalui Kemendukbangga/BKKBN atau BPJS Kesehatan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *