JAKARTA – Kemendukbangga/BKKBN dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menyelenggarakan Pelayanan KB Serentak 1 juta akseptor pada 5-31 Mei 2025 di seluruh Indonesia.
Pelaksanaan pelayanan KB serentak 1 juta akseptor ini diprioritaskan kepada pelayanan KB IUD dengan target Rekor MURI 50 ribu akseptor dan pelayanan KB pascapersalinan. KB pascapersalinan merupakan metode kontrasepsi yang diberikan kepada ibu pasca bersalin (42 hari).
Ketua Umum Pengurus Pusat IBI Dr. Ade Jubaedah, S.SiT, MM, MKM mengatakan kegiatan ini digelar dalam rangka peringatan HUT IBI ke-74 dan Hari Bidan Internasional. Dia berharap pelaksanaan program KB tidak hanya mengejar target kuantitas, tapi tetap memperhatikan kualitas pelayanan KB secara maksimal, sebagai salah satu cara pemerintah memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
“Kolaborasi antara IBI secara panjang, terutama dengan Kemendukbangga/BKKBN, terlihat dari slogan: “Ada Bidan, Ada KB. Ada KB, Ada Bidan, dalam generasi sehat menuju Indonesia emas,” ujarnya dalam acara Pencanangan Pelayanan KB Serentak dalam Rangka HUT IBI ke-74 Tahun 2025 di Tempat Praktik Mandiri Bidan (TPMB) Bidan Siti Salma, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (05/04/2025).
Hadir dalam acara ini Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (Kemendukbangga/BKKBN), Dr. Wihaji, S.Ag, M.Pd. Kepada para tamu udangan yang hadir dia menegaskan bahwa program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) adalah fondasi penting bagi terciptanya keluarga sehat, sejahtera, dan berdaya menuju SDM berkualitas.
“Program KB bukan semata mengatur kelahiran, tetapi merupakan wujud nyata ikhtiar kita untuk menekan Angka Kematian Ibu dan Bayi (AKI dan AKB), serta mencegah stunting. Sehingga generasi penerus Indonesia tumbuh lebih kuat dan lebih berkualitas,” ujarnya.
Wihaji menjelaskan, program ini mengajarkan pentingnya perencanaan keluarga, dengan mencegah “empat terlalu” (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering, dan terlalu banyak melahirkan) serta mencegah kehamilan yang tidak direncanakan. Karena setiap kehamilan haruslah direncanakan. Setiap anak haruslah lahir dalam cinta dan kesiapan.
Pada kesempatan ini Wihaji juga mengapresiasi peran bidan. Bidan bukan hanya tenaga kesehatan, namun garda terdepan yang mendampingi keluarga, memberikan edukasi, serta menjadi benteng pencegahan risiko stunting. Dengan keterlibatan para bidan, program Pelayanan KB serentak dapat hadir nyata di tengah masyarakat.
“Kita tidak hanya membangun program dari balik meja. Kita turun langsung, hadir di setiap desa, di setiap pelosok, memastikan setiap masyarakat tanpa terkecuali mendapatkan layanan terbaik. Kita harus pastikan bahwa tidak ada satu pun keluarga Indonesia yang tertinggal dari haknya mendapatkan pelayanan KB yang berkualitas. Dari Sabang sampai Merauke pelayanan KBKR harus dirasakan manfaatnya,” katanya.
Di akhir sambutannya, dia bersyukur berkat kerja keras dan kolaborasi semua pihak, pada 2024 lalu Indonesia melalui Kemendukbangga/BKKBN mendapatkan penghargaan Internasional dari FP2030 atas capaian program KB Pascapersalinan (KBPP) tertinggi di kawasan Asia Pasifik.
Selain itu, karena keberhasilan tersebut, pada April 2025, Kemendukbangga/BKKBN juga mendapatkan kehormatan menjadi tuan rumah bagi delegasi Pakistan yang ingin melihat keberhasilan KBPP di Indonesia. “Capaian ini menjadi bukti bahwa Indonesia mampu dan kita buktikan kalau kita bisa lebih hebat lagi,” pungkasnya.