Kemensos Ajak Perguruan Tinggi di Jatim Kolaborasi Berantas Kemiskinan

SURABAYA – Jumlah penduduk miskin di Indonesia masih tinggi. Badan Pusat Statistik (BPS) per September 2024 mencatat persentase penduduk miskin di Indonesia sebesar 8,57 persen atau sekitar 24,06 juta orang.

Untuk mencari solusi masalah ini, Pemerintah melalui Kemensos RI mengajak para akademisi di perguruan tinggi di Jawa Timur berkolaborasi sesuai dengan kapasitasnya sebagai lembaga think tank.

Sebagai langkah awal, Kemensos menggelar pertemuan dengan 12 rektor atau yang mewakili dari Forum Rektor Jatim dalam diskusi pengentasan kemiskinan ekstrem dan pemberdayaan desa di Kampus UNESA 2 pada Jumat (7/2/2025).

Dalam kesempatan ini, Sekretaris Jenderal Kemensos Robben Rico menyampaikan Kemensos memprioritaskan pengentasan kemiskinan di tiga provinsi terlebih dahulu. “Ada Provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Tiga Provinsi ini dipilih karena berkontribusi besar dalam angka kemiskinan di Indonesia,” katanya dilansir dari laman Kemensos.

Kemudian soal strategi yang dipakai adalah dengan membangun desa untuk pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan warga miskin. Untuk itu diperlukan kolaborasi dengan berbagai pihak. “Untuk itu kami mengajak Universitas/Lembaga dalam memberikan pengabdian kepada masyarakat sebagai program kolaborasi secara bersama,” kata Robben.

Nantinya Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) yang ada di setiap universitas diharapkan berperan melakukan rujukan dan kajian serta terapan program pengentasan kemiskinan. “Melalui LPPM akan dikaji, apa yang dibutuhkan oleh masyarakat dan ditindaklanjuti secara bersama-sama,” ujar Robben.

Robben meyakini jika telah dilakukan kajian, maka program dari Kemensos akan dilandasi perencanaan yang bisa dipertanggung jawabkan.
Soal kolaborasi, Robben menjelaskan Kemensos sudah melakukan dengan berbagai pihak. Di antaranya dengan pemerintah daerah untuk relokasi kampung nelayan yang ada di Indramayu, Jawa Barat, menjadi Kampung Nelayan Sejahtera. “Kampung Nelayan Sejahtera tidak akan bisa diwujudkan jika tidak ada kolaborasi dengan lembaga lain,” kata Robben.

Selain Kampung Nelayan Sejahtera, Kemensos juga bekerjasama dengan pihak lain untuk mewujudkan program Sekolah Rakyat. Tujuan Sekolah Rakyat ini untuk memutus rantai kemiskinan, membentuk agen perubahan dari keluarga miskin, sehingga terbentuk mental dan pola pikir untuk keluar dari kemiskinan.

Kerja-kerja kolaboratif Kemensos dengan berbagai pihak ini mendapat apresiasi dari para civitas akademik. Mereka pun siap bersinergi. “Ide besar yang sangat baik, ada kerangka kerja dan target terukur, kami siap men-support dan ini menjadi tantangan bagi kami agar bisa lebih berdampak terhadap masyarakat,” kata Wakil Rektor Bidang Inovasi, Institut Teknologi Surabaya.

Selain ITS peserta audiensi yang hadir juga menyambut baik kolaborasi dari Kemensos. Bahkan masing-masing dari perwakilan rektor yang hadir juga telah memiliki program pemberdayaan seperti Sekolah Peternakan Rakyat oleh Universitas Islam Kediri.

Masing-masing perguruan tinggi memiliki pengalaman dan komitmen dalam pengentasan kemiskinan. Menurut Robben nantinya apa yang telah dilakukan oleh masing-masing perguruan tinggi bisa lebih dikembangkan.

“Sehingga tidak usah memulai dari nol lagi, apa yang telah dilakukan nanti dikumpulkan dalam satu link dan akan kami sepakati kembali. Pertemuan ini memang baru langkah awal namun niat dan semangat bapak ibu semua kami yakin apa yang ditargetkan Presiden akan terwujud,” kata Robben.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *