Sumenep: Sekretaris Komisi IV DPRD Sumenep, Abu Hasan menilai, kualitas pendidikan di bawah naungan Dinas Pendidikan (Disdik) masih jauh dari kualitas yang diharapkan.
Salah satu bukti masih banyak sekolah dasar yang kekurangan murid bahkan banyak yang tidak ada murid baru saat tahun pelajaran baru. Padahal, anggaran untuk pendidikan di Bumi Sumekar ini relatif tinggi dengan harapan pendidikan semakin berkualitas.
“Kami sering menerima keluhan dari masyarakat terkait dunia pendidikan di Sumenep ini. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak ada murid barunya. Ini menandakan kualitas pendidikan masih dipertanyakan,” katanya.
Hampir setiap tahun pemerintah setempat menganggarkan anggaran tertinggi untuk dunia pendidikan, namun itu percuma jika kualitas pendidikan masih tetap rendah. Karena, dunia pendidikan ini memang harus menjadi salah satu titik tekan yang harus diperhatikan dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Kalau kualitas pendidikan utamanya ditingkat dasar sudah bagus, masyarakat tidak mungkin memilih sekolah swasta. Jangan anggap beralih pilihan itu hanya fenomena biasa masyarakat. Ini menandakan lembaga pendidikan kita kualitasnya perlu ditingkatkan,” tegas Abu Hasan.
Disdik kata dia selalu beralibi banyaknya sekolah dasar yang tidak mendapatkan simpati masyarakat disebabkan oleh tergerus santernya arus lembaga swasta dengan cara menggiring secara masih saat tahun pelajaran baru. Hal tersebut kurang tepat menjadi alasan, karena masyarakat saat ini sudah semakin pintar menilai, lembaga mana yang lebih berkualitas.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Sumenep, Agus Dwi Saputra mengaku baru tahu kalau ada sekolah yang sama sekali tidak mendapatkan siswa baru.
Pihaknya berencana akan melakukan evaluasi terhadap sekolah seperti SDN Meddelan, di Kecamatan Lenteng agar sekolah itu tidak sampai tutup karena kalah bersaing dengan sekolah lain.
“Setelah pendaftaran usai sekarang kami akan evaluasi. Jadi betul-betul kita ada skala prioritas SD mana yang serapan siswanya rendah. Malah tadi ditemukan ada yang nol persen,” paparny.
Dia juga meminta sekolah yang siswanya sangat minim atau bahkan nihil agar lebih kreatif mencari masalahnya sehingga bisa ada solusi di masa depan.
Misalnya, sekolah harus lebih sering turun ke bawah bertemu masyarakat, kepala desa, dan sebagainya. Sehingga pengelola pendidikan bisa berbaur dengan masyarakat dan lingkungan.