Pendidikan Vokasi Jadi Solusi Ekonomi Masa Depan

Pendidikan Vokasi Jadi Solusi Ekonomi Masa Depan
Emil saat Launching National Showcase SMK Bisa Binaan Group Astra di SMK PGRI 2 Ponorogo

PONOROGO Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak menyebut pendidikan jadi solusi ekonomi masa depan. Sampai saat ini, pemerintah masih terus fokus untuk pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

“SMK ini memang compatible dan suitable sebagai format pendidikan untuk kebanyakan generasi muda di Indonesia. Itulah mengapa saat ini elemen kepemerintahan, termasuk Dinas Pendidikan Pemprov Jatim fokus untuk mendorong kemajuan SMK. Karena pendidikan vokasi biaa menjadi jawaban untuk realita landscape ekonomi di masa depan,” kata Emil saat Launching National Showcase SMK Bisa Binaan Group Astra di SMK PGRI 2 Ponorogo, Jalan Soekarno-Hatta, Kertosari, Babadan, Kab. Ponorogo pada Kamis (12/5/2022).

Emil : Kurikulum SMK Harus Didesain Sesuai Dengan Kebutuhan Industri

SMK bisa menjadi solusi permasalahan ekonomi maupun dunia kerja karena SMK memang didesain untuk keperluan industri. Yang mana, kurikulum didesain sesuai dengan kebutuhan industri.

“Maka dibutuhkan tipe-tipe pengajaran seperti yang ada di sini. Tipe competency development, curriculum and management adjustments, infrastructure makeup atau upgrading, industrial ste management yang mana sistem pendidikan harus lebih gesit dan mantap, juga strong external affiliation,” terangnya.

Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa kemitraan yang lebih luas juga dapat dibangun melalui afiliasi dengan Astra. Mengingat, SMK PGRI 2 Ponorogo merupakan binaan perusahaan raksasa tersebut sehingga potensi membangun koneksi ke pihak lain akan lebih besar.

Maka ketika kesemua elemen tersebut terpenuhi, lanjut mantan Bupati Trenggalek itu, akan terlahir lulusan-lulusan berkualitas dari pendidikan vokasi yang ada. Selain itu, para lulusan tersebut akan lebih siap terhadap disrupsi jaman.

“Kalau dulu, dunia industri dan usaha dimonopoli oleh perusahaan-perusahaan raksasa. Jadi kalau mau jualan, harus melalui distributor besar dan produksinya harus masif. Kalau mau beriklan, harus di media massa dan memilih jam-jam iklan yang prime time,” jelasnya.

“Tapi sekarang ini, proses-proses semacam itu didisrupsi oleh digitalisasi. Jadi, sosial media sudah mengecilkan tembok dan halangan itu. Kalau ingin beriklan, bisa lewat sosmed. Kalau ingin jualan, lewat online market place. Jadi sekarang ini, newcomers bisa bersaing dengan perusahaan raksasa,” tambahnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *