GRESIK : Suara doa dan lantunan zikir mengalir lembut di halaman kantor desa yang gelap. Selasa malam itu, Ranting NU Kertosono, Gresik, tidak menggelar acara biasa. Ribuan warga Nahdliyin, bersama para pengurus dan anggota Badan Otonom (Banom) NU, berkumpul dalam sebuah istighotsah dan doa bersama yang penuh makna. Lampu-lampu dipadamkan, digantikan dengan nyala obor yang redup, menciptakan suasana khidmat, duka, dan penghormatan.
Kegiatan ini bukanlah kebetulan. Ini adalah wujud nyata kepedulian sosial Nahdliyin atas jatuhnya korban jiwa dalam berbagai demonstrasi di seluruh Indonesia. Gerakan ini juga merupakan respons cepat atas instruksi dari Pimpinan Pusat GP Ansor, yang mengajak para kadernya untuk menghadapi isu sosial dengan pendekatan spiritual.
“Kami sangat prihatin dengan kondisi bangsa ini, Istighotsah ini kami lakukan untuk mendoakan para almarhum, sekaligus memohon keselamatan agar Indonesia kembali kondusif.,”ujar Moch. Ariyanto, Ketua Panitia.
Di tengah keremangan malam, obor-obor yang dinyalakan jamaah menjadi simbol belasungkawa. Setiap nyala api adalah penanda duka yang mendalam, juga harapan agar jiwa-jiwa yang gugur dalam aksi demonstrasi mendapatkan tempat terbaik.
Ulin Nuha, Ketua Ranting GP Ansor Kertosono, menegaskan bahwa aksi ini lahir dari panggilan hati. “Ini adalah panggilan hati kita untuk merespons kondisi bangsa saat ini. Kita menempuh cara spiritual, saling menguatkan, agar bersama-sama bisa menjaga masyarakat dan kota kita, Gresik tercinta.” ungkapnya.
Semangat persatuan juga digaungkan oleh Ndan Tarban, Kepala Satuan Koordinasi Cabang (Kasatkorcab) Banser Gresik. “Kita warga Nahdliyin harus saling menjaga, jaga warga, jaga kota Gresik. Mari bergandengan tangan dari desa hingga kota, menjadi benteng bersama agar wilayah kita tetap aman, damai, dan tenang.” tegasnya.
Respons positif datang dari pihak pemerintah. Hasan Lutfi, perwakilan dari Kecamatan Sidayu, mengungkapkan kekagumannya. “Kegiatan setingkat ranting seperti ini sangat luar biasa. Ini membuktikan bahwa Ansor dan seluruh Banom NU sigap, siap dalam kondisi apapun.”Pujinya.
Hasan juga menambahkan bahwa kekompakan antara organisasi keagamaan dan pemerintah ini menjadi cerminan kondusivitas wilayah. Masyarakat tidak panik, tidak takut, dan tetap tenang menghadapi situasi yang kurang menentu.
Kegiatan malam itu diakhiri dengan Mauidhah hasanah (nasihat baik) dari H. Muhammad Asrofil S.Ag., Ketua Tanfidziyah MWCNU Sidayu. Ia memberikan pencerahan mengenai sikap yang baik, santun, dan responsif secara Islam dalam menghadapi situasi saat ini.
Melalui doa yang khusyuk dan cahaya obor yang meredup, Ranting NU Kertosono menunjukkan bahwa spiritualitas bisa menjadi kekuatan untuk menjaga persatuan dan ketenangan di tengah gejolak. Mereka membuktikan bahwa dari sebuah desa, semangat kepedulian bisa menyala terang, menjadi harapan bagi seluruh bangsa.