SUMENEP: Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo meninjau langsung hasil uji coba benih unggul yang disebut mampu melipatgandakan hasil panen.
Bupati Fauzi melakukan peninjauan bersama Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Sumenep, Chainur Rasyid, beserta jajaran dinas dan bagian Humas Pemkab Sumenep.
Usai berkeliling sawah, Bupati Fauzi duduk lesehan di tepi jalan, menikmati sarapan bersama petani. Sambil menyeruput kopi, ia mengapresiasi langkah DKPP yang berani mencoba varietas baru, yakni HMS 700.
“Lahan sawah kita berkurang, tapi produksi bisa meningkat. Ini bentuk inovasi yang harus terus didorong,” kata Bupati Fauzi.
Menurutnya, terobosan ini sejalan dengan visi Presiden Prabowo untuk mewujudkan swasembada pangan nasional. Inovasi dan teknologi, kata Fauzi, menjadi kunci menjaga produktivitas petani di tengah keterbatasan lahan.
Sedangkan benih HMS 700 dibeli secara mandiri dan ditanam di lahan warga seluas setengah hektare dengan metode alami tanpa pestisida. Hasilnya, malah padi tumbuh besar, bulirnya banyak dan tetap sehat. “Dari pengamatan lapangan, potensi hasilnya minimal 10 ton per hektare, bahkan bisa 14 ton per hektare,” terangnya.
Dia berharap uji coba ini menjadi awal kebangkitan produktivitas padi di Sumenep. HMS 700 sendiri dikenal berumur panen pendek, sekitar 90 hari, dengan gabah kuning mengkilat, beras pulen dan tahan rebah maupun serangan hama. “Potensi hasilnya jauh di atas rata-rata produksi padi di Sumenep yang sekitar 5,9 ton per hektare,” tandasnya.
Bupati Fauzi juga menambahkan bahwa Pemkab Sumenep berkomitmen untuk mendukung pemerintah pusat dalam menjaga distribusi pangan yang adil dan menjamin harga gabah layak bagi petani.
Hal itu disampaikan Fauzi untuk menanggapi maraknya isu praktik pengoplosan beras yang mencuat di berbagai daerah belakangan ini. “Saya tidak bisa berbicara persoalan hukumnya. Biarkanlah presiden yang bicara,” jelasnya.
Meski begitu, ia mengingatkan masyarakat Sumenep untuk tidak terlibat dalam praktik curang seperti pengoplosan beras. Selain merugikan konsumen, tambah dia, praktik semacam itu juga sangat merusak ekosistem pertanian dan menghambat kesejahteraan petani.
Menurutnya, perlindungan terhadap petani harus dilakukan dari hulu ke hilir, termasuk dalam menjaga agar hasil panen mereka tidak disabotase oleh praktik manipulatif di pasar beras.
“Saya sangat mendukung agar harga gabah ini benar-benar pantas. Kami harus pastikan petani tidak terus jadi korban sistem. Jangan sampai ada masyarakat yang mencari untung dengan cara merugikan orang lain. Itu jelas keliru,” tandasnya.