Sungai Bunus adalah satu dari sekian banyak sungai yang mengalir di tengah hiruk-pikuk ibu kota. Meski tidak setenar Ciliwung atau Cisadane, sungai ini menyimpan sejuta cerita, potensi ekologis, hingga peluang wisata yang belum dimaksimalkan. Banyak warga Jakarta bahkan tidak sadar bahwa di balik deretan gedung dan beton, mengalir sebuah sungai yang pernah jadi saksi sejarah panjang ibu kota.
Apa Itu Sungai Bunus dan Mengapa Penting?
Sungai Bunus adalah salah satu anak sungai dari Sungai Krukut yang bermuara ke Banjir Kanal Barat. Membentang di kawasan padat seperti Tanah Abang dan Bendungan Hilir, sungai ini menjadi jalur penting dalam sistem drainase kota Jakarta. Menurut Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta, Sungai Bunus membantu mengalirkan air hujan dari kawasan pemukiman menuju kanal besar, mengurangi risiko banjir lokal.
Namun, pentingnya sungai ini tak hanya soal teknis. “Sungai adalah cermin peradaban kota. Jika sungainya sehat, masyarakatnya pun biasanya sadar lingkungan,” kata Ir. Bambang Haryono, pakar tata kota dari UI.
Sejarah Singkat Sungai Bunus
Sungai Bunus sudah tercatat dalam peta Batavia sejak era kolonial Belanda. Dahulu, sungai ini digunakan sebagai jalur transportasi air dan irigasi oleh penduduk lokal. Namun seiring waktu, perkembangan kota yang tak terkendali membuat fungsi alami sungai ini tergeser. Banyak bagian sungai ditutupi bangunan liar, dijadikan tempat pembuangan limbah, hingga akhirnya tercemar parah.
Kondisi Terkini: Realita yang Menyedihkan
Saat ini, kondisi Sungai Bunus cukup memprihatinkan. Airnya keruh, penuh sampah, dan bau tak sedap seringkali menyergap warga yang tinggal di sekitarnya. Banyak warga menganggap sungai ini sudah mati. Namun faktanya, Sungai Bunus masih hidup—meski dengan napas yang tersengal.
“Kami lihat ikan kecil masih hidup di beberapa titik sungai, ini artinya potensi ekosistem masih ada,” ujar Nurul Huda dari komunitas Sungai Watch Indonesia.
Upaya Revitalisasi: Harapan yang Mulai Menyala
Beberapa tahun terakhir, pemerintah daerah dan komunitas lokal mulai menggalakkan program revitalisasi Sungai Bunus. Salah satunya melalui Program Kali Bersih (Prokasih) dan kolaborasi dengan komunitas seperti Urban Poor Consortium dan Gerakan Ciliwung Bersih.
Reboisasi dan Pembersihan Rutin
Melibatkan warga setempat, kegiatan bersih-bersih sungai dilakukan secara berkala. Pemerintah juga mulai menanam pohon di sepanjang bantaran sungai untuk mengurangi sedimentasi.
Edukasi Lingkungan ke Masyarakat
Melalui sekolah dan posyandu, edukasi tentang pentingnya menjaga sungai mulai ditanamkan. Pendekatan ini terbukti efektif. Anak-anak menjadi agen perubahan yang mengingatkan orang tuanya agar tak buang sampah sembarangan.
Potensi Wisata Alam Kota: Mengapa Tidak?
Banyak kota besar dunia berhasil mengubah sungai kotanya jadi destinasi wisata. Seoul dengan Cheonggyecheon, Singapura dengan Sungai Singapore, bahkan Bangkok kini gencar menata sungainya. Mengapa tidak Jakarta dengan Sungai Bunus?
River Walk dan Taman Pinggir Sungai
Bayangkan berjalan sore sambil melihat ikan berenang dan burung beterbangan di taman pinggir sungai. Itu bukan mimpi, tapi bisa jadi kenyataan kalau penataan Sungai Bunus dilakukan secara serius dan berkelanjutan.
Kegiatan Edu-Ekowisata
Selain sebagai tempat wisata, Sungai Bunus bisa jadi lokasi edukasi lingkungan. Sekolah-sekolah bisa mengajak murid belajar langsung soal ekosistem, daur ulang, hingga mitigasi banjir.
Tantangan Terbesar: Mentalitas dan Kebijakan
Sayangnya, revitalisasi Sungai Bunus bukan sekadar soal teknis. Perlu perubahan mindset dari masyarakat dan keberanian politik dari pemerintah. Selama warga masih menganggap sungai sebagai “tempat buangan” dan pemangku kebijakan tak serius mengawasi tata ruang, perubahan akan sulit tercapai.
“Revitalisasi sungai bukan proyek jangka pendek. Ini marathon, bukan sprint. Butuh kolaborasi lintas sektor dan konsistensi,” kata Devina Paramitha, ahli lingkungan dari WALHI.
Inisiatif Komunitas: Dari Akar Rumput untuk Sungai Bunus
Gerakan cinta sungai kini mulai tumbuh dari warga. Komunitas lokal seperti Bunus Bersih dan Hijau aktif mengadakan kegiatan bersih sungai, kampanye digital, hingga penggalangan dana untuk alat pengolahan limbah sederhana.
“Kami sadar, kalau bukan kita yang mulai, siapa lagi?” ungkap Bayu Nugraha, koordinator komunitas tersebut.
Solusi Berkelanjutan: Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Revitalisasi Sungai Bunus tidak bisa hanya diserahkan pada pemerintah. Kita semua punya peran. Berikut beberapa langkah sederhana namun berdampak besar:
1. Jangan Buang Sampah ke Sungai
Tindakan paling sederhana, tapi berdampak besar. Mulailah dari diri sendiri dan edukasi orang terdekat.
2. Kurangi Pemakaian Plastik Sekali Pakai
Plastik adalah musuh utama sungai. Gunakan tas kain, botol minum isi ulang, dan wadah makanan yang bisa digunakan berulang.
3. Ikut Komunitas Peduli Lingkungan
Gabung ke komunitas seperti Bunus Bersih atau Sungai Watch bisa membuka wawasan dan menyalurkan aksi nyata.
4. Laporkan Pelanggaran Lingkungan
Kalau melihat pembuangan limbah ilegal, segera lapor ke dinas lingkungan. Suara kita penting.
Penutup: Sungai Bunus Adalah Wajah Kita
Sungai bukan sekadar aliran air. Ia adalah wajah dari kota dan masyarakatnya. Sungai Bunus adalah cermin kita semua. Jika kita peduli, sungai ini bisa kembali jernih, asri, dan menjadi kebanggaan warga Jakarta.
Mari mulai hari ini. Karena menyelamatkan Sungai Bunus bukan tugas mereka saja. Ini tugas kita semua.
Referensi: https://sungaibunus.my/