JAKARTA – Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan telah membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Di Probolinggo, Semarang dan Sulawesi Selatan para guru telah mulai memanfaatkan AI dalam proses pembelajaran.
Menurut LinkedIn Future of Work Report 2023, meski lebih dari separuh pekerjaan pendidik melibatkan people skills yang paling baik dilakukan langsung oleh manusia, AI dapat meningkatkan produktivitas dalam tugas-tugas seperti perencanaan pelajaran dan pengembangan kurikulum, yang nyatanya menjadi 45% dari tanggung jawab pendidik.
Bantuan ini memberikan pendidik lebih banyak waktu untuk fokus melakukan hal-hal yang hanya dapat dilakukan manusia—seperti terhubung dengan murid—di dunia nyata dan dalam waktu nyata, guna membuat perbedaan positif dalam proses pembelajaran para murid.
“AI memiliki potensi besar dalam dunia pendidikan. Misalnya, untuk mempersonalisasi materi dan proses pembelajaran, membantu guru merancang rencana pelajaran, menyederhanakan proses administratif, serta menyediakan wawasan berbasis data tentang kinerja murid dan tren pendaftaran. Guna mewujudkan potensi tersebut, kita perlu mengatasi tantangan seperti akurasi, efikasi, dan ketergantungan yang berlebihan; serta memberikan dukungan yang cukup kepada para pendidik. Di Microsoft, kami berfokus untuk menempatkan para pendidik sebagai pakar yang memegang kendali, dan mengintegrasikan pengalaman AI ke dalam alur kerja mereka untuk benar-benar meringankan beban kerja,” ujar Arief Suseno, Education Lead Microsoft Indonesia melalui siaran pers.
Di Indonesia, para guru dari berbagai daerah telah secara aktif mempelajari teknologi AI. Menembus zona nyaman masing-masing, mereka gigih belajar dan berinovasi dengan AI agar dapat menciptakan pembelajaran yang semakin menyenangkan bagi para murid, sembari mempersiapkan generasi penerus bangsa dalam memasuki dunia kerja yang kini memerlukan keterampilan AI.
Berikut tiga kisah inspiratif dari guru-guru Indonesia dalam memanfaatkan AI di ruang kelas :
1. Kisah Inovasi Tim AI MISS YOU asal Probolinggo
Tiga guru visioner Fafan Adisumboro, Suci Romadani, dan Sigit Hadi W., asal Probolinggo, Jawa Timur, mengambil langkah inovatif dalam mengajarkan keterampilan berpikir kritis kepada murid melalui penerapan AI. Melalui konsep “AI MISS YOU” (Artificial Intelligence untuk Meningkatkan Bernalar Kritis Siswa Yang Original dan Unik), para guru ini mengajarkan murid bukan hanya untuk menerima informasi, tetapi juga untuk menciptakan, berinovasi, dan memecahkan masalah.
Dari konsep tersebut, para murid diperkenalkan dengan metode pembelajaran “TEBALKAN” (Temukan, Bayangkan, Lakukan, dan Bagikan), di mana murid diajak menggunakan teknologi AI seperti Microsoft Copilot dan Designer, untuk mengeksplorasi topik pembelajaran tertentu, membayangkan ide secara kreatif, mengimplementasikan ide secara praktis, dan membagikan hasil karya mereka.
“Kami terinspirasi dari pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara yang menekankan bahwa setiap anak bukanlah ‘kertas kosong’ yang hanya menerima informasi, melainkan insan kreatif yang perlu diberdayakan. Dalam semangat ini, metode TEBALKAN mendorong siswa untuk aktif dan kritis,” ujar Sigit.
Selama beberapa bulan terakhir, guru-guru visioner ini mempraktikkan langsung metode TEBALKAN pada Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), suatu pembelajaran multidisipliner untuk membangun karakter murid yang inovatif dan adaptif terhadap lingkungan sekitar mereka. Dalam proyek tersebut, para guru mengajak murid untuk mengolah daun mangga menjadi teh herbal, dan meminta murid menemukan resep serta cara terbaik pengolahannya dengan menggunakan AI.
“Kami memilih daun mangga karena mangga merupakan tanaman pangan khas daerah kami di Probolinggo. Menggunakan teknologi AI, para murid melakukan komparasi dari setiap percobaan agar mendapatkan cara bagaimana menghasilkan teh berbahan dasar daun mangga dengan cita rasa terbaik. Di sini, guru berperan dalam melakukan bimbingan serta memperkuat pemahaman mereka dalam berinovasi,” kata Suci.
Proyek tersebut tidak hanya menumbuhkan keterampilan teknis dan kritis para murid, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru yang memiliki potensi pasar. Fafan, Suci, dan Sigit awalnya merupakan peserta program pelatihan AI TEACH, sebuah inisiatif yang dilakukan oleh Plan Indonesia dan didukung oleh Microsoft.
Tekad dan kreativitas pada akhirnya membawa mereka menjadi salah satu tim pemenang ajang hackathon AI TEACH tingkat Asia Tenggara. Ketiganya tidak hanya berperan sebagai fasilitator teknologi, melainkan juga sebagai pendamping yang memberikan arahan dan dukungan moral bagi murid. Mereka memastikan bahwa AI memperkuat peran mereka sebagai pendidik, bukan menggantikan.
2. Memahami Matematika dengan Bantuan AI – Transformasi Pembelajaran oleh Mansur dari Sulawesi Selatan
Menerapkan pendekatan inovatif dengan teknologi AI untuk membuat pelajaran matematika lebih menyenangkan adalah motivasi tersendiri bagi Mansur, guru matematika di SMP Negeri 2 Pangsid, Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Dengan pendekatan inovatif, Mansur mengajak para murid menggunakan Copilot untuk memahami elaborasi rumus jawaban dari soal-soal yang ia bagikan.
Menurut Mansur, yang terpenting bukan hanya jawaban akhir murid, melainkan apakah murid bisa menjelaskan bagaimana mereka mendapatkan jawaban tersebut. Di sini lah AI berperan: mendampingi murid melatih penalaran dan pemahaman mereka akan tahapan pemecahan soal matematika, tanpa perlu merasa rendah diri jika perlu bertanya berulang kali, atau memiliki kecepatan pemahaman berbeda.
“Kami mengajak siswa-siswi untuk menggunakan AI sebagai sarana menyelesaikan soal matematika dengan cara yang menyenangkan dan menenangkan. Tentunya, kami juga meminta mereka menjelaskan alur rumus matematika yang mereka peroleh dari AI, untuk membentuk pemahaman dan penalaran yang bisa dipertanggungjawabkan,” ujar Mansur.
Dengan pendekatan ini, Mansur menginspirasi murid untuk melihat matematika bukan hanya sebagai kumpulan rumus, tetapi sebagai kesempatan untuk mengasah kemampuan berpikir analitis dan logis. Ia juga mengajak para guru untuk terbuka dalam pemanfaatan teknologi AI, dengan memberikan kesempatan bagi murid untuk mengeksplor cara baru dalam berteman dengan matematika.
Sejak 2016, Mansur telah aktif berperan sebagai anggota Microsoft Innovative Educator Expert (MIEE), komunitas pendidik global yang menggunakan teknologi Microsoft secara inovatif untuk meningkatkan pengalaman belajar dan kolaborasi di kelas. Tidak hanya gebrakan di sekolah, Mansur juga mencatatkan pencapaian dalam mendirikan Komunitas Guru Inovatif Microsoft pada platform Merdeka Mengajar dan menjadi representasi guru dari Indonesia dalam Education Exchange di Singapura pada tahun 2018.
“Sudah setahun lebih kami mendirikan Komunitas Guru Inovatif Microsoft di platform Merdeka Mengajar. Sejauh ini sudah ada 4.000 anggota dan setiap minggu aktif mengadakan webinar untuk membahas topik AI dalam pendidikan serta topik-topik berbeda lainnya yang berbeda agar bisa menambah wawasan dan keterampilan pendidik,” kata Mansur.
3. Meningkatkan Minat Literasi dan Kemampuan Berbahasa Inggris dengan AI – Kisah Marheni Widya Retna dari Semarang
Di Semarang, Jawa Tengah, Marheni Widya Retna, guru kelas 6 di SD Negeri Sendangmulyo 04, menjadi salah satu guru SD yang berkesempatan untuk mengikuti pelatihan AI gelaran Microsoft Indonesia, Balai Pengembangan Teknologi dan Komunikasi (BPTIK) Jawa Tengah, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI di tahap pertama.
Sebagai guru kelas 6 SD, Marheni khususnya memanfaatkan fitur Reading Progress pada Microsoft Teams untuk meningkatkan minat literasi dan keterampilan membaca murid terhadap teks berbahasa Inggris. Reading Progress pada Microsoft Teams didukung teknologi AI untuk membantu guru menilai perkembangan kemampuan membaca murid secara lebih akurat. AI menganalisis hasil rekaman video atau audio pada saat murid membaca sebuah teks, lalu memberikan data tentang performa membaca murid, sehingga membantu meningkatkan keterampilan membaca secara efisien.
Diketahui, fitur tersebut juga memiliki fungsi reading comprehension yang secara otomatis dapat membuat pertanyaan beserta kunci jawaban berdasarkan variasi teks yang dipilih. Hal ini memudahkan guru dalam menyusun materi pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan murid sesuai jenjang kelas. Marheni paham bahwa untuk meningkatkan minat baca murid sejak dini, guru perlu memberikan sebuah bacaan yang tidak hanya menarik, tetapi juga variatif dan sesuai dengan tingkat kemampuan murid.
“Dengan menggunakan Reading Progress, saya bisa memperoleh teks berbahasa Inggris yang lebih variatif untuk diperkenalkan kepada anak-anak, agar mereka mendapatkan suatu bacaan yang baru dan menarik, serta tidak membosankan. Itu berkat dari apa yang saya dapatkan selama pelatihan menggunakan Microsoft Teams,” kata Marheni.
Melalui inisiatif ini, Marheni berharap murid lebih termotivasi dalam meningkatkan budaya literasi dan kemampuan berbahasa Inggris mereka. Hal ini akan membantu murid untuk menyiapkan diri ke jenjang pendidikan berikutnya, sekaligus membuka wawasan mereka terhadap literatur dalam Bahasa Inggris yang lebih luas.
“Selain membantu murid, fitur Reading Progress juga memberikan transparansi lebih bagi orang tua dalam menilai kemajuan akademis anak mereka. Orang tua senang melihat hasil pembelajaran yang saya bagikan melalui Microsoft Teams, dan banyak dari mereka mulai tertarik dengan teknologi ini,” tutur Marheni.