BANYUWANGI – Jawa Timur menjadi provinsi pertama di Indonesia yang mampu menjalankan digitalisasi sekolah tanpa jaringan internet di daerah 3T. Hal ini berkat perangkat teknologi pendidikan canggih yang dibagikan pada 40 SMA/SMK di Jawa Timur.
40 sekolah tersebut dipilih berdasarkan geografi wilayah yang merupakan daerah 3T dan minim jaringan internet. Peresmian acara dihadiri oleh Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa pada Minggu, 19 Desember 2021 di Banyuwangi.
“Dengan Kipin – Anjungan Belajar Mandiri Point (ABM Point) yang dibagikan secara simbolis pagi ini, Jawa Timur menjadi yang pertama di Indonesia dengan solusi digitalisasi sekolah tanpa membutuhkan jaringan internet,” ujar Khofifah pada acara peresmian SMA Negeri 2 Taruna Bhayangkara di Genteng, Banyuwangi.
Digitalisasi sekolah menjadi salah satu fokus utama Kemdikbud sejak awal tahun 2021 dalam pemerataan pendidikan di Indonesia. Namun faktanya, masih banyak wilayah di Indonesia yang tidak terjangkau sinyal internet.
Pada kesempatan tersebut Khofifah juga memaparkan keunggulan ABM Point untuk mendukung digitalisasi sekolah, “Pemanfaatan teknologi sangat kita butuhkan, tidak hanya untuk daerah perkotaan. Semua wilayah baik pegunungan, pedalaman dan kepulauan juga harus mendapatkan manfaatnya.
Dengan ABM Point ini yang memuat ribuan bahan ajar baik buku, video, latihan soal dan bacaan literasi, sekolah, guru, siswa dan bahkan orang tua dapat sangat terbantu dalam memberikan materi pembelajaran yang mudah dan murah.
”Berdasarkan keterangan Dinas Pendidikan Jawa Timur, Kipin – ABM Point merupakan karya startup edutech asli Jawa Timur, suatu kebanggaan karya startup Jawa Timur dapat berkontribusi pada pendidikan di Jawa Timur dan bahkan Indonesia,” ujar Wahid Wahyudi selaku Kepada Dinas Pendidikan Jawa Timur.
Selain memiliki bentuk yang kecil, ringan dengan teknologi canggih tanpa internet, ABM Point tidak hanya berfungsi sebagai sumber pembelajaran atau perpustakaan digital, ABM Point juga dapat dimanfaatkan sebagai asesmen digital.
Kegiatan sekolah tidak lengkap tanpa adanya evaluasi, ABM Point dengan asesmen digitalnya yaitu PTO dapat membantu guru untuk memberikan latihan soal kepada siswa secara canggih dengan digital tanpa khawatir akan jaringan internet. Kerja guru juga akan lebih efektif karena software asesmen akan membantu guru untuk mengoreksi hasil pekerjaan siswa. Dampak positif lainnya juga akan dirasakan sekolah karena sekolah tidak perlu mengadakan biaya ujian untuk cetak soal ujian atau foto copy.
ABM Point direncanakan akan terus dibagikan ke sekolah SMA & SMK di seluruh Jawa Timur. Dalam acara di Banyuwangi ini secara simbolis diberikan kepada 3 Kepala Sekolah yaitu dari Pacitan (perwakilan dari daerah pegunungan), Madura (daerah kepulauan) dan Lumajang (daerah pedalaman) dimana jalur internetnya minim sekali.
Dengan kecanggihan ABM Point yang dapat dioperasikan secara offline (tidak membutuhkan internet), Dinas Pendidikan Jawa Timur yakin di daerah manapun di seluruh Jawa Timur mampu menjalankan sekolah berbasis digital.
Sebagai perwujudan NAWA BHAKTI SATYA – JATIM CERDAS, diharapkan dengan pembagian ABM Point ini dapat berkontribusi secara maksimal di daerah-daerah yang jaringan internetnya masih sulit untuk tetap bisa mencerdaskan anak-anak, guru dan masyarakat Jawa Timur.
Hal tersebut dimungkinkan karena ribuan data/konten dari ABM Point ini dapat diunduh tanpa biaya dan tidak membutuhkan kuota internet sama sekali.
Dengan semboyan Jatim Cerdas, Dinas Pendidikan Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan layanan baik sarana maupun prasarana untuk kemajuan pendidikan di Jawa Timur.
“Mereka tidak boleh tertinggal terlalu jauh, hari ini kita mengajak mereka untuk berlari, besok kita harus mengajak mereka untuk melompat dan ketika sudah ada Anjungan Belajar Mandiri Point ini, kita mengajak mereka menggunakan teknologi. Dengan begitu pemerataan kualitas pendidikan akan bisa diwujudkan lebih cepat,” ujar Khofifah.