JAKARTA – Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul mengusulkan ke Presiden Prabowo Subianto agar lansia dan difabel juga mendapatkan makan bergizi gratis (MBG). Gus Ipul menyampaikan bahwa program ini akan menyasar sekitar 100.000 lansia dan lebih dari 30.000 penyandang disabilitas.
Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Arzeti Bilbina mengapresiasi usulan ini. Kendati demikian, kata dia, pemerintah baiknya mengoptimalkan tata laksana program unggulan Presiden Prabowo Subianto tersebut mengingat saat ini masih banyak kasus keracunan maupun makanan basi.
“Tentu kami mendukung jika program MBG tidak hanya menyasar siswa sekolah dan ibu hamil saja, tetapi juga penyandang difabel dan lansia. Kendati demikian kami meminta agar program yang saat ini sedang berjalan dengan sasaran peserta didik dan ibu hamil dioptimalkan termasuk meminimalkan potensi keracunan dan makan basi yang banyak terjadi di berbagai daerah,” ujarnya, Jumat (7/10/2025).
Arzeti mengatakan saat ini program MBG mendapatkan sorotan dari banyak kalangan. Berbagai kasus keracunan hingga makanan basi bahkan membuat sejumlah wali murid menolak pemberian MBG untuk anak-anak mereka. “Kasus-kasus inilah yang harusnya jadi fokus perbaikan program. Jangan kemudian muncul usulan perluasan sasaran lebih dulu,” ujarnya.
Dia menegaskan masih sering ditemui kasus keracunan makanan yang terjadi selama pelaksanaan program MBG mencederai amanah Presiden Prabowo yang menginginkan anak-anak Indonesia mendapatkan pangan bergizi. Apalagi juga muncul kasus kehilangan rekening senilai Rp1 miliar milik SPPG di Batujajar, Bandung, turut berpengaruh terhadap berhentinya operasional pemberian MBG di kawasan tersebut.
Arzeti berharap, sebelum program ini diperluas ke penerima manfaat lainnya, permasalahan tata kelola harus diselesaikan agar tidak kembali terulang. “Kami optimis, dengan adanya program MBG ini, manfaatnya akan dirasakan oleh generasi masa depan. Namun, memastikan semua berjalan lancar dan tepat sasaran adalah prioritas utama,” tambah Arzeti.
Ia juga menyampaikan bahwa jika program ini diperluas ke lansia dan penyandang disabilitas, risiko keracunan dan masalah tata kelola lainnya diharapkan dapat diminimalkan.
“Kami tidak ingin lagi ada kejadian yang merugikan tidak hanya anak-anak, tetapi juga lansia dan penyandang disabilitas. Oleh karena itu, kami mohon agar seluruh proses pengelolaan berjalan aman dan tertib,” tuturnya.






