Pakistan Belajar Program KB ke Indonesia

JAKARTA – Para delegasi dari Pakistan yang membidangi kesehatan dan kependudukan datang ke Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN untuk belajar tentang keberhasilan program keluarga berencana (KB).

Rombongan yang berjumlah 10 orang dipimpin oleh Direktur Jenderal Kependudukan, Kementerian Layanan Kesehatan Nasional, Regulasi dan Koordinasi, Islamabad, Dr. Soofia Yunus dan diterima langsung oleh Sekretaris Utama BKKBN Budi Setiyono.

Dr. Soofia Yunus menyampaikan tujuan dari kunjungan mereka adalah untuk mempelajari dan memahami dinamika, serta isu-isu yang berkaitan dengan program Keluarga Berencana (KB).

“Bagaimana Indonesia mengintegrasikan layanan KB dalam sistem kesehatan dan skema jaminan kesehatan masyarakat, pemanfaatan sumber daya lokal dalam pelayanan kesehatan reproduksi, kunjungan ke fasilitas kesehatan dan kunjungan ke masyarakat,” terangnya.

Kehadiran delegasi ini sekaligus mengikuti kegiatan South-South Triangular Cooperation (SSTC) yang diselenggarakan Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN bekerjasama dengan UNFPA Indonesia di Jakarta, Senin (21/04/2025).

Di hadapan para delegasi, Sekretaris Utama BKKBN Budi Setiyono menyampaikan secara umum bagaimana Indonesia mengelola dinamika kependudukan, mendorong kesejahteraan keluarga yang telah dibentuk selama puluhan tahun, sehingga program KB Indonesia diakui secara global atas dampak dan keberlanjutannya. “Pencapaian ini bukan hasil dari upaya tunggal melainkan kolaborasi dari berbagai sektor sehingga dapat mendorong keberhasilannya secara global,” ujarnya.

Menurut Budi, keberhasilan program KB didukung empat pilar utama. Yaitu, dukungan politik dan pemerintah, program dan manajamen yang solid, melibatkan pemangku kepentingan, dan kemitraan dengan sektor swasta. “Yang menjadi highlight kunci keberhasilan dari program yaitu melibatkan pemangku kepentingan terkait. Keberhasilan program KB berkat kerja keras semua pihak,” terangnya.

Budi mengatakan Kemendukbangga/BKKBN memiliki peran strategis mempercepat pembangunan manusia. “Kami juga menekankan pendekatan pembangunan dari bawah ke atas, mulai dari desa, untuk memastikan pertumbuhan yang inklusif dan menghapuskan kemiskinan,” jelasnya.

Sebagai bagian dari misi ini, Kemendukbangga/BKKBN melaksanakan 5 Quick Wins untuk mempercepat kemajuan. Yakni, Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting) untuk mendukung sekitar 1 juta keluarga berisiko stunting dengan bantuan khusus untuk mencegah stunting.

Berikutnya, Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya) yang merupakan program untuk menciptakan tempat penitipan anak yang terstandardisasi dengan pengasuh bersertifikat dan pengawasan terpadu melalui kerja sama dengan enam kementerian.

Ada pula Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI), diluncurkan guna mempromosikan keterlibatan ayah melalui layanan konseling dan membangun komunitas ayah yang kuat untuk memerangi masalah ketiadaan ayah.

AI SuperApps untuk Keluarga Indonesia dibentuk untuk menyediakan platform digital terintegrasi untuk layanan keluarga, konsultasi, data, dan kolaborasi antar kementerian.

Selain itu, ada Layanan Lansia Berdaya (Sidaya) yang menyediakan layanan perawatan di rumah berbasis komunitas, layanan kesehatan gratis tanpa rujukan, dan memberdayakan masyarakat lansia sesuai dengan kapasitas dan potensinya.

Komitmen Indonesia untuk mengelola pertumbuhan penduduk melalui program KB selama beberapa dekade telah menunjukkan hasil. Ditandai penurunan Total Fertility Rate (TFR) yang stabil hingga setengahnya antara tahun 1967 dan 1994. Namun, kemajuan melambat pada tahun-tahun berikutnya. Dari tahun 1994 hingga 2012, TFR relatif stagnan di angka 2,6, sebelum sedikit menurun menjadi 2,4 pada 2017.

“Saat ini, TFR kami berada di angka 2,11, tren ini mencerminkan pola penggunaan kontrasepsi yang juga mengalami stagnasi. Temuan ini memperkuat pentingnya penggunaan kontrasepsi sebagai penentu utama tren fertilitas di Indonesia,” jelas Budi.

Keberhasilan itu menandai program KB telah berhasil mencegah sekitar 100 juta kelahiran. Proyeksi penduduk pada 1971 mengindikasikan bahwa tanpa keberhasilan program KB, jumlah penduduk pada 2010 akan mencapai sekitar 326 juta jiwa. Namun kenyataannya, jumlah penduduk tahun 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa. Pencapaian ini, kata Budi, mencerminkan peran penting kebijakan kependudukan jangka panjang dalam membentuk pembangunan yang berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *