JAKARTA – Kebijakan Rusia yang terus memperketat pasokan gas khususnya ke negara-negara Eropa, bisa menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk memasok kebutuhan gas di kawasan itu. Mengingat Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan gas, bahkan Indonesia sendiri memiliki target 12 BSCFD pada tahun 2030.
Menurut anggota Komisi VII DPR RI Yulian Gunhar, Indonesia berpeluang merebut pasar energi Eropa, seperti gas yang saat ini tengah dibayangi penghentian pasokan dari Rusia, sebagai dampak sanksi yang dijatuhkan negara-negara Barat terhadap negeri beruang merah tersebut.
“Indonesia harus bisa secepatnya mengambil peluang sebagai pemasok energi seperti gas yang dibutuhkan negara Eropa. Apalagi ke depannya, negara Uni Eropa ingin mengurangi ketergantungannya terhadap pasokan gas dari Rusia yang mencapai 40% dari total kebutuhan kawasan tersebut,” katanya dalam keterangan kepada media, Selasa (12/7/2022).
Legislator PDI Perjuangan itu menambahkan bahwa situasi geopolitik di kawasan Eropa ini menjadi kesempatan emas bagi Indonesia untuk merebut pasar gas. Indonesia sendiri menurutnya berpotensi mengekspor Liquefied Natural Gas (LNG) ke Eropa, mengingat sampai semester I 2022, Indonesia telah memproduksi LNG sebanyak 42 kargo.
“Dari 42 kargo LNG yang dihasilkan Indonesia itu, digunakan untuk kebutuhan domestik mencapai 27,4 kargo dan ekspor 14,6 kargo. Namun sampai pada Juni 2022, ternyata belum ada negara-negara Eropa yang melirik gas dari Indonesia itu,” katanya.
Oleh sebab itu, Gunhar mendorong Kementerian ESDM dan SKK Migas pro aktif dalam menjaring pembeli dari Eropa. Mengingat Rusia terus menambah pengetatan pasokan gas ke beberapa negara Uni Eropa.
“Dengan keberhasilan mengambil pasar energi di negara-negara Barat, maka Indonesia berpeluang menambah pendapatan nasional yang dibutuhkan bagi pemulihan ekonomi pasca pandemi,” tuturnya.