Pesantren : Kunci Indonesia Maju dan Wajah-Wajah Muslim di Barat

JAKARTA – Pesantren dengan segala keunggulan dan keterbatasannya akan selalu relevan dengan semangat zaman. Sebagai basis keilmuan dan gerakan serta kawah candradimuka para santri yang digawangi kyai, peran pesantren sangat vital dalam mendorong Indonesia sebagai negara maju serta mewarnai pentas global.

Kesimpulan di atas disampaikan oleh dua tokoh nasional, yaitu Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendikti Saintek) Brian Yuliarto serta Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti saat berbicara di panggung Konferensi Internasional Transformasi Pesantren di Hotel Sahid, Rabu (25/6/2025).

“Indonesia saat ini masih menghadapi banyak tantangan berat untuk bisa menjadi negara maju. Kami yakin pesantren sebagai salah satu pilar pendidikan penting di tanah air akan menjadi kunci Indonesia maju,” ujar Brian Yuliarto.

Keyakinan Brian bertolak dari fakta bahwa selama ini pesantren telah terbukti berkontribusi menghasilkan sumber daya manusia (SDM) unggul dengan keunggulan karakter dan akhlak yang baik.

Brian mengungkapkan salah satu indikator negara maju bisa dilihat dari jumlah pendapatan per kapita warganya. Saat ini pendapatan per kapita Indonesia masih di kisaran USD4.800, jauh di bawah Malaysia yang sudah mencapai USD12.000. “Namun, kami yakin Indonesia akan mampu menjadi negara maju melalui kontribusi bidang pendidikan, di mana pesantren menjadi salah satu pilar pentingnya,” katanya.

Dia mengatakan bahwa setiap negara maju, seperti Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok, pernah menghadapi masa-masa sulit serupa yang kini dialami Indonesia. Namun negara-negara tersebut mampu bangkit dengan kesungguhan luar biasa, disiplin yang kuat, dan etos kerja yang ditanamkan sejak dini. “Di sinilah pondok pesantren memiliki peran vital dalam membangun semangat tinggi, etos kerja, serta kegigihan pada anak-anak usia dini untuk mengejar kesuksesan di masa depan,” katanya.

Pesantren, lanjut Brian juga memiliki kekhasan dalam menerapkan model pendidikan, di mana peran seorang kyai sebagai guru begitu menonjol. Menurutnya, hal ini penting karena seorang santri mempunyai role model untuk mengembangkan cara pandang maupun cara bersikap dalam kehidupan sehari-hari.

“Role model ini penting mengingat kompleksitas tantangan pendidikan anak usia sekolah saat ini, mulai dari pengaruh media sosial yang kuat hingga game online. Keberadaan sosok Kiai dapat menjadi benteng moral dan intelektual bagi para santri,” katanya.

Brian memberikan apresiasi tinggi kepada PKB yang menyelenggarakan Konferensi Internasional Transformasi Pesantren. Menurutnya forum ini sangat strategis untuk memberikan cara pandang baru bagi pengasuh pesantren dari seluruh Indonesia. “Ada sekitar 360 pesantren dan lembaga yang terlibat dalam forum ini sehingga bisa terjadi ajang bertukar pikiran yang berharga antara para pengasuh pesantren maupun pesantren dengan negara,” katanya.

Serupa namun tak sama, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menyebut pesantren sebagai jembatan peradaban yang mampu merespons dinamika global. Kader pesantren berpotensi menjembatani konvergensi besar yang tengah terjadi di berbagai belahan dunia.

“Dunia saat ini tidak hanya dihadapkan pada ketegangan geopolitik dan benturan antarperadaban, tetapi juga tengah mengalami proses konvergensi global yang signifikan. Di sini pesantren mempunyai peran strategis untuk menghasilkan kader yang bisa bersaing secara global,” ucapnya.

Mengutip pemikiran Kishore Mahbubani dalam bukunya The Great Convergence, Mu’ti menyebut bahwa dunia sedang bergerak menuju titik temu baru—sebuah persilangan peradaban yang berpotensi melahirkan tantangan sekaligus peluang.

Menurutnya, setidaknya terdapat tiga bentuk konvergensi utama yang saat ini tengah berlangsung konvergensi keagamaan, konvergensi politik, serta konvergensi sosial dan budaya. “Pesantren berada pada posisi strategis untuk merespons sekaligus mengarahkan arah perubahan tersebut,” urainya.

Mu’ti menjelaskan bahwa tradisi pesantren saat ini tidak hanya melahirkan ahli agama, tetapi juga menjadi ruang dialog antara Islam tradisional dan modern. Ia menyoroti fenomena sosial baru seperti MUNU (Muhammadiyah-NU), yang mencerminkan keterbukaan generasi santri dalam mengadopsi modernitas tanpa meninggalkan akar tradisinya.

Ia juga menyoroti kaburnya batas antara partai Islam dan non-Islam. “Hari ini, partai seperti PKB tampil sebagai kekuatan terbuka dengan basis santri yang kuat. Kita harus membangun kepercayaan diri politik santri agar mereka berani tampil dan mengambil bagian dalam kebijakan publik,” jelasnya.

Mu’ti juga menyinggung realitas baru di Barat, di mana generasi muslim mulai menjadi bagian dari arus utama masyarakat. “Wajah-wajah baru dari Inggris, Prancis, bahkan Eropa Tengah dan Utara kini adalah wajah-wajah muslim. Mereka religius, namun adaptif dan berdaya saing. Ini adalah bukti dari konvergensi budaya global,” ungkapnya.

Dalam konteks ini, pesantren, menurut Mu’ti, tak boleh lagi tertinggal dalam penguasaan sains dan teknologi. Ia menegaskan pentingnya transformasi kurikulum yang menjadikan pesantren sebagai pusat inovasi dan pemikiran kritis.

“Ilmu adalah bagian dari ayat-ayat Allah. Maka tak boleh ada dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum. Semua pengetahuan pada akhirnya bermuara pada penguatan iman dan kontribusi untuk kemanusiaan,” tuturnya.

Mu’ti juga mendorong pengembangan integratif, seperti penggunaan matematika untuk ilmu faraidh, astronomi untuk penentuan arah kiblat, serta teknologi untuk mendukung industri halal yang kini berkembang secara global. “Pesantren bukan menutup diri dari dunia, justru harus membuka diri untuk menjelajahinya,” tegasnya.

Dia menyerukan semangat hijrah bagi para santri untuk bergerak, menjelajah, dan membawa nilai-nilai Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Pemerintah, lanjut Mu’ti, berkomitmen mendukung transformasi pesantren melalui kebijakan pendidikan yang inklusif serta program sinergi antara pesantren dan lembaga pendidikan formal. “Dengan dukungan politik yang tepat, dari partai politik seperti PKB santri tak hanya akan memimpin Indonesia, tapi juga menjadi cahaya bagi dunia,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *