JOMBANG – Para pengurus dan anggota Yayasan Kesejahteraan Muslimat Nahdlatul Ulama (YKMNU) melakukan ziarah ke makam pendiri di Jombang, Jawa Timur pada Ahad (11/6/2023).
Ziarah ini dilakukan di makam Nyai Hj Solichah Wahid Hasyim di Pondok Pesantren Tebuireng dan Nyai Hj Aisyah Hamid Baidlowi di Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an.
Sebelumnya, YKMNU juga telah melakukan ziarah di Jakarta pada awal Juni 2023, tepatnya di makam tiga pendiri YKMNU, yakni Nyai Hj Solihah Saifuddin Zuhri, Nyai Hj Soetarijah Rachmat Mulyomiseno, dan Nyai Hj Madillah Himpuni Suparman.
Ketua Umum YKMNU Hj Endang Sulistinah Umar Wahid menyampaikan bahwa ziarah dilakukan dalam rangka menggali spirit perjuangan pendiri. Sebab, dengan pemikirannya yang progresif di masanya, lahir sebuah lembaga yang sampai 60 tahun terus berupaya memperluas layanan bagi kesejahteraan masyarakat.
“60 tahun yang lalu. Kalau kita pikir sekarang hebat banget lima ibu ini. 60 tahun lalu bisa terwujud ada yayasan yang lingkup kerjanya luas banget dan jadi. Memang diikuti seluruh wilayah maupun cabang,” katanya pada Ahad (11/6/2023).
Endang menyampaikan bahwa ziarah kepada para pendiri ini dilakukan dalam rangka meresapi perjuangan yang telah dilakukan oleh mereka dalam upayanya mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat luas.
“Kami ingin kita ini berjeda sebentar, mengenang beliau sambil memperkenalkan kepada generasi terbaru pengurus yang lebih muda sekarang ini, yang dulu beliau-beliau di YKM mereka belum ada. Kami ingin menggali kepahlawanan beliau-beliau ini,” ujarnya.
Tentu saja, kegiatan ziarah ini juga dalam rangka mendoakan beliau-beliau, selain juga bertawassul, mengharap keberkahan atas upaya-upaya yang dilakukan YKMNU hari ini, esok, dan seterusnya. Pun ziarah juga diharapkan menjadi pendorong agar para pengurus dapat mengikuti jejak yang telah ditorehkan para pendiri.
“Mengapresiasi mendoakan. Mudah-mudahan kita terinspirasi mau berbuat, berkorban berusaha seperti beliau-beliau ini,” lanjutnya.
Ziarah ini juga dilakukan dalam rangka napak tilas jejak perjuangan para pendiri dan melestarikan tradisi Ahlussunnah wal Jamaah, yakni berkirim doa, membacakan tahlil dan bacaan-bacaan mulia, serta bertawassul. Pun merekatkan hubungan dengan keluarga para pendiri.
Sementara itu, Anggota Badan Pembina YKMNU Nyai Hj Farida Salahuddin Wahid menyampaikan bahwa ziarah kepada para pendiri merupakan kegiatan penting untuk mengingat jasa mereka, mempelajarinya, dan mengikuti jejak perjuangannya.
Secara khusus, ia menceritakan sosok Nyai Solichah Wahid Hasyim, pendiri dan ketua pertama YKMNU, sekaligus ibu mertuanya. Ia mengenangnya sebagai sosok yang berkemauan keras dan penuh tekad kuat. Sebab, di usianya yang belum genap 30 tahun, ia telah dinggal wafat suaminya dalam keadaan hamil dan memiliki anak-anak yang masih kecil. Keluarga ada yang berniat mengasuh anak-anaknya, tetapi ia menolak keras dan bertekad membesarkan anak-anak yatimnya sendiri di Jakarta.
“Ibu Solichah kemauannya keras sekali. Dari bu Wahid, kita belajar tentang tekad dan kemauan kuat. Kalau tidak punya tekad dan kemauan kuat YKM tidak bisa berdiri,” katanya.
Sebagai informasi, di harlah ke-60 ini, YKMNU mengangkat tema “Mewujudkan Layanan Muslimat NU yang Profesional, Unggul, dan Berdedikasi”. Sekretaris Umum YKMNU Hj Ariyana Wahidah menyampaikan bahwa giat YKMNU merupakan bentuk Khidmah Muslimat terhadap negara dan bangsa. Dalam berkhidmah ini juga, menurutnya, harus dilakukan secara total.
“Jangan karena sukarela lalu kerja asal-asal. Justru kerja ikhlas adalah berbuat yang terbaik untuk Allah (lillahi ta’ala). Apalagi mengelola panti asuhan anak yatim itu pekerjaan besar menyangkut masa depan generasi bangsa,” katanya.
Ariyana menegaskan bahwa kerja ikhlas dilakukan dengan upaya terbaik, menjalankan tugas dan tanggung jawab secara profesional. Dari kerja professional itu lahir karya unggul, anak-anak keluaran panti yang hebat, rumah sakit berstandar, dan hasil terbaik lainnya. “Semua kita jalankan dengan penuh dedikasi dalam rangka menjalankan amanah para pendiri,” ujarnya.
Tema ini juga diplih karena harapan untuk dapat mewujudkan layanan YKMNU yang unggul nan berdaya saing. YKMNU sudah 60 TH makin kokoh ditandai dengan kian luas jangkauan wilayah dan makin bertambah banyak jumlah panti dan klinik yang dikelolanya, serta masyarakat yang memperoleh manfaatnya.
Sebagaimana diketahui, YKMNU berdiri pada 11 Juni 1963 di tengah situasi sosial politik yang tdak kondusif bagi perkembangan organisasi masyarakat. Yayasan ini didirikan dalam rangka mengupayakan kesejahteraan bagi perempuan Indonesia secara umum, dan Muslimat NU secara khusus.
Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, YKMNU mendirikan sejumlah asrama putri, panti asuhan untuk menjaga anak-anak yatim piatu dan berkekurangan, balai pengobatan dan rumah bersalin, hingga tunjangan pendidikan pelajar putri.
Saat ini, YKMNU telah berdiri di hampir seluruh wilayah Indonesia di tingkat provinsi dan lebih dari 160 cabang di kabupaten atau kota. YKMNU saat ini mengelola 110 klinik dan rumah sakit, 149 panti asuhan, dan 50 inkubator yang bisa dipinjamkan secara cuma-cuma untuk ibu yang melahirkan bayi prematur.