JOMBANG – PBNU beserta PWNU se-Indonesia melaksanakan ziarah ke para pendiri NU, yakni Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahab Chasbullah dan KH Bisri Syansuri di Jombang, Jawa Timur, Rabu (16/2/2022).
Ziarah ini dilakukan dalam rangka memperingati Hari Lahir Ke-99 NU secara tahun Qamariyah atau Hijriyah. Sebagaimana diketahui, NU didirikan di Surabaya pada 16 Rajab 1344 H.
Rais Syuriyah PBNU KH Cholil Nafis menegaskan bahwa proses ini dilakukan sebagai langkah untuk menyerap energi perjuangan para pendiri NU. “Jadi kita ngalap berkahnya, semangat perjuangannya,” katanya, Rabu (16/2/2022).
Sebab, menurutnya, ziarah dapat memberikan energi tersebut bagi yang memiliki sensitivitas dan kepekaan batin. Ulama-ulama yang diziarahi tentu akan menjawab apa yang disampaikan kepadanya. Tidak mungkin Rasulullah menganjurkan untuk mengucapkan salam saat melewati kuburan jika orang-orang yang meninggal itu tidak menjawabnya.
“Kalau tidak menjawab kan tidak mungkin kita datang ke kuburan mengucapkan salam kepada seluruh ahli kubur. Kan gak mungkin Nabi mengajarkan kalau gak nyetrum,” kata pengasuh Pondok Pesantren Cendekia Amanah Depok, Jawa Barat itu.
Lebih lanjut, KH Cholil Nafis juga menjelaskan bahwa ziarah ini juga mendoakan orang meninggal sebagaimana yang digariskan Nabi, bahwa salah satu amalan yang tidak akan terputus adalah doa anak saleh.
Dalam hadis tersebut, disebutkan kata walad dalam bentuk nakiroh (umum). Artinya, anak tersebut tidak terbatas pada garis biologis, tetapi juga mencakup anak ideologis. “Siapapun yang mendoakan akan menjadi persembahan,” katanya.
Lebih dari itu, ziarah juga menjadi satu langkah untuk memohon izin dan petunjuk kepada para pendiri NU mengingat harlah ke-99 dan kepengurusan yang baru saja dilantik.
“Mudah-mudahan yang kami lakukan dari beliau itu tidak menyimpang dari cita-citanya. Kita minta petunjuk kepada Allah melalui ziarah kepada beliau,” lanjut peraih gelar doktor dari Universitas Malaya, Malaysia itu.
Kiai Cholil juga menyampaikan bahwa ziarah ini menjadi satu hal yang membedakan warga NU dengan orang-orang lain yang memiliki pemahaman berbeda.
“Ini sebenarnya diferensiasi kita warga Nahdliyin dengan lain bahwa memahami orang meninggal itu sesungguhnya mauih hidup, hidup ruhnya hidup perjuangannya. Bukan karena kematian lepas hubungan luar dan dalam. Tetapi tetap satu kerangka satu perjuangan,” katanya.
“Diferensiasi NU dan paham lain menghormati yang mati sama menghormati ketika hidup,” kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah itu.
Rombongan PBNU dan PWNU se-Indonesia berangkat dari Bandara Juanda menuju makam KH Abdul Wahab Chasbullah di Pondok Pesantren Tambakberas Jombang pada pukul 10.00 WIB.
Setelah itu, rombongan akan sowan sejenak ke KH Hasib Wahab sebagai dzuriyah dan Ketua PBNU. Perjalanan dilanjutkan ziarah kepada KH Bisri Syansuri di Pondok Pesantren Denanyar. Perjalanan ditutup dengan ziarah kepada Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari di Pondok Pesantren Tebuireng.
Selama rangkaian ziarah tersebut, Kiai Cholil Nafis didaulat untuk memimpin prosesi tahlil. Pembacaan tawassul dipimpin Katib Aam PBNU KH Akhmad Said Asrori dan doa dipimpin KH Mustofa Aqil Siroj dan KH Abun Bunyamin Ruhiat.
Setelah perjalanan ziarah, agenda berikutnya adalah ramah-tamah di Gedung Negara Grahadi Surabaya. Dalam kesempatan ini, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa akan turut hadir menyambut kedatangan PBNU dan PWNU Se-Indonesia.
Puncak Peringatan Harlah Ke-99 NU ini akan diselenggarakan di Pondok Pesantren Syaichona Kholil Bangkalan Madura pada Kamis (17/2/2022) malam.