Program PKM Unesa ‘Garap’ Ponpes Denanyar Jombang

JOMBANG- Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ‘menggarap’ pondok pesantren (ponpes) Mambaul Ma’arif, Denanyar, Jombang, Dalam PKM kali ini bertujuan memunculkan bibit bibit atlet tenis meja dari lingkungan pesantren.

Sejumlah dosen turut hadir dalam PKM di lingkungan Ponpes yang didirikan oleh KH Bisri Syansuri itu. Mereka diantaranya, Abdul Hafidz dari Fakultas Ilmu Olahraga FIO, Unesa, Syafiul Anam (FBS, Unesa), Afif Rusdiawan (FIO, Unesa) Muhammad Kharis Fajar, (FIO, Unesa), Najlatun Naqiyah (FIP, Unesa).

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada para santri, Guru, terkait pentingnya Menjaga Kebugaran Jasmani dengan olahraga, disamping memperkuat kemandirian dan karakter santri.

Karakter merupakan sebuah konsep moral yang tersusun dari sejumlah karakteristik yang dapat dibentuk melalui aktivitas olahraga. Setidaknya terdapat nilai-nilai yang baik yang dapat dibentuk melalui aktivitas olahraga, antara lain: rasa kasih sayang (compassion), keadilan (fairness), sikap sportif (sport-personship), dan integritas (integrity).

Abdul Hafidz, salah satu Dosen Unesa yang ikut dalam acara tersebut mengatakan, kegiatan ini merupakan agenda tahunan. Sebelumnya, pernah diadakan juga di Ponpes Al Hikmah, Desa Balungrejo, Kecamatan Sumobito. “Kali ini menyasar di Ponpes Denanyar. Tujuannya selain mencari bakat bakat terpendam lara santri juga sebagai ajang melatih kebugaran para santri,” katanya.

Hafidz juga menyebut, PKM ini sedianya akan dilakukan secara bergilir utamanya di kalangan pesantren. Sehingga kedepan, bibit atelit banyak dari pondok pesantren. Selain itu, para santri juga terfasilitasi dalam pengembangan minat dan bakat di bidang olah raga.

Hafidz juga menyebut, perguruan tinggi tidak hanya menjadi menara gading. Progam ini merupakan Tri Dharma pendidikan. Kata Hafidz, Pondok pesantren selain religius juga memiliki potensi divindang olah raga. “Ponpes tidak hanya pandai membaca kitab Kuning tapi ada bakat olah raga. Para santri harus ditunjang dengan kativitas jasmani atau lebih tepatnya dalam bentuk olah raga,” jelasnya.

“Kami melihat ada potensi di ponpes denanyar. Dengan catatan ada pendampingan melibatkan teman teman dari berbagai fakultas. Baik Seni, olah raga, dan ilmu pendidikan,” tambahnya.

Sementara dipilihnya tenis meja ini karena olah raga ini tidak membutuhkan tempat yang lebar makanya olah raga ini salah dilakukan di ruang-ruang kelas.

“Kegiatan ini bisa merangsang kemandirian atau kegiatan ini biasa menghadirkan karakter-karakter yang positif, disiplin, tangggung jawab. Untuk itu diperlukan latihan keras kemudian berlatih adalah kata kunci membentuk karakter-karakter yang positif,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *