Mahasiswa Universitas Jember Dikerahkan Dampingi Warga Desa Pilah Sampah Jadi Rupiah

JEMBER – Tema pengolahan sampah bakal masuk dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Universitas Jember. Hal ini mencuat dalam kegiatan Ngobrol Pagi Selaraskan Asa Untuk Desa (Ngopi Selasa) edisi 40 yang digelar Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Unej secara hibrid, Selasa (12/7).

Kegiatan Ngopi Selasa kali ini mengambil tema “Dampingi Desa Memilah Sampah Jadi Rupiah”. Menurut Ketua LP2M, Prof. Yuli Witono, tema pengolahan sampah mengemuka setelah melihat keberhasilan mahasiswa peserta program Program KKN Tematik Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) mendampingi warga mengolah sampah di Desa Kertonegoro Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember.

Menurut Prof. Yuli Witono, LP2M telah menggelar pelaksanaan KKN Tematik Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) 2022 pada bulan April hingga Juni 2022. Diikuti oleh 72 mahasiswa dari berbagai fakultas di delapan desa yang kesemuanya ada di Jember.

Salah satu program yang dilakukan oleh mahasiswa yang terbukti berjalan dengan sukses adalah program bank sampah yang dilakukan di Desa Kertonegoro, Kecamatan Jenggawah. Berawal dari observasi mahasiswa yang menemukan problema sampah, maka peserta KKN MBKM tergerak memberikan solusi nyata penanganan sampah di Desa Kertonegoro, yang kemudian didukung oleh warga setempat. Melihat keberhasilan ini maka LP2M akan menjadikan tema pengolahan sampah sebagai salah satu tema di Program KKN selanjutnya.

“Sampah saat ini dan di masa depan bakal tetap menjadi masalah yang perlu penanganan serius. Oleh karena itu kami akan menjadikan tema pengolahan sampah sebagai tema yang bisa dipilih oleh mahasiswa saat mengikuti KKN tematik. Universitas Jember ingin turut serta memberikan solusi terhadap salah satu problema nyata masyarakat. Apalagi pengolahan sampah menjadi salah satu bagian mewujudkan lingkungan hidup yang lestari sesuai visi dan misi Universitas Jember. Kami ingin mengubah pandangan masyarakat yang semula melihat sampah sebagai barang tak berguna bisa menjadi potensi menambah pundi-pundi rupiah,” kata Prof. Yuli Witono.

Tekad LP2M mendapatkan dukungan dari Staf Ahli bidang Hubungan Antar Lembaga Kemendesa PDTT, Samsul Widodo. Menurut Samsul Widodo, sampah bukan lagi permasalahan kota semata, tapi sudah merambah desa. Oleh karena itu penanganan sampah harus dilakukan oleh semua pihak secara bersama-sama dari hulu hingga hilir. Dan peran ini bisa dilakukan oleh mahasiswa melalui program KKN Tematik.

Samsul Widodo juga meminta Universitas Jember mulai menyosialisasikan dan menerapkan konsep ekonomi sirkular yang menjadikan pelaku ekonomi sebagai penjaga sumber daya agar dapat dipakai selama mungkin, menggali nilai maksimum dari penggunaan, kemudian memulihkan dan meregenerasi produk dan bahan pada setiap akhir umur layanan.

“Misalnya saja mahasiswa peserta KKN Tematik menginisiasi berdirinya toko-toko bahan pangan seperti toko beras di desa dengan konsep bulk store yang mewajibkan pembelinya membawa sendiri wadah berasnya. Saya juga mengajak Universitas Jember mulai memikirkan konsep perdagangan karbon berbasis desa. Pasalnya tren di masa depan, industri yang menghasilkan polusi bakal dikenai pajak dan ada bagian dari pajak tadi yang diserahkan kepada wilayah yang memiliki kawasan hijau sebagai penghasil oksigen. Nah yang punya pepohonan kan desa, maka saya usul agar Universitas Jember mulai meneliti dan menggerakkan mahasiswanya menyosialisasikan tema perdagangan karbon berbasis desa sekaligus menjaga kelestarian alam di desa,” kata Samsul Widodo.

Kisah sukses pendirian bank sampah disampaikan oleh Hanifah Nur Alimah yang memimpin timnya melaksanakan KKN MBKM di Desa Kertonegoro Kecamatan Jenggawah, Jember. Menurut Hanifah, ide pendirian bank sampah bermula saat mengadakan observasi awal dan menemukan tumpukan sampah di beberapa titik di Desa Kertonegoro.

Akhirnya Hanifah bersama delapan koleganya dengan bimbingan Dosen Pembimbing Lapangan, Banun Kusuma Wardhani, dan dukungan penuh Kepala Desa Kertonegoro, Siti Munfaridah sepakat membentuk bank sampah yang dinamakan Bank sampah Kertomas, singkatan Kertonegoro Menuju Adil Makmur Sejahtera.

“Alhamdulillah program bank sampah Kertomas sukses, setiap minggu nasabahnya bertambah. Dalam tiap bulannya untuk warga Dusun Krajan Tengah Desa Kertonegoro saja mampu mengumpulkan hampir 200 kilogram sampah berupa kertas, logam dan plastik yang jika diuangkan senilai Rp500 ribu. Ide pendirian bank sampah ini mendapatkan apresiasi dari Pemkab Jember yang meminta kami mempresentasikan konsep bank sampah Kertomas di depan Bupati Jember,” tutur mahasiwi Program Studi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Kegiatan Ngopi Selasa edisi ke 40 kali ini adalah kegiatan rutin hasil kerjasama antara LP2M Universitas Jember bersama KOMPAK (Kolaborasi Masyarakat dan Pelayanan untuk Kesejahteraan), lembaga yang didanai pemerintah Australia yang bergerak dalam usaha mengurangi angka kemiskinan di Indonesia.

Kegiatan yang dilakukan secara hibrida ini dibuka oleh Rektor Universitas Jember di gedung auditorium. Tampil sebagai pemateri adalah Wakil Rektor I, Dosen Pembimbing Lapangan, mahasiswa peserta KKN MBKM serta Kepala Desa Kertonegoro dan Staf Ahli bidang Hubungan Antar Lembaga Kemendesa PDTT yang hadir secara daring

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *